Senin 09 Jan 2012 17:35 WIB

Melacak Jejak Al-Habasyah: Negeri Tujuan Hijrah Pertama (Bag 2)

REPUBLIKA.CO.ID, Mereka disambut dengan penuh keramahan dan persahabatan. Inilah kali pertama ajaran Islam tiba di Afrika. Raja Ethopia lalu menempatkan mereka di Negash yang terletak di sebelah utara Provinsi Tigray. Wilayah itu lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Ethiopia yang masuk dalam bagian Afrika Timur.

Setelah tiga bulan menetap di Habasyah dan mendapat perlindungan, para sahabat mendapat kabar bahwa masyarakat Makkah telah memeluk Islam. Maka  pulanglah beberapa sahabat di antaranya Utsman bin Mazh’un ke kampung halamannya, Makkah. Kabar yang mereka terima ternyata hanya berita bohhong.

Situasi keamanan Makkah ternyata belum aman, maka kembalilah mereka ke Habasyah bersama rombongan yang lain. ‘’Ini merupakan Hijrah yang kedua,’’ papar Dr Akram. Menurut Ibnu Ishaq, jumlah umat Islam yang hijrah untuk kedua kalinya mencapai 80 orang.

Namun, Ibnu Jarir menyebut jumlah sahabat yang hijrah ke Habsyah pada tahap dua mencapai 82 orang, semua laki-laki, tak ada wanita dan anak-anak. Versi lainnya, menurut DR Akram, jumlah sahabat yang menyelamatkan akidahnya ke Habsyah pada periode kedua itu diantaranya  terdapat 18 orang sahabat wanita. 

Mengetahui hal itu, kafir Quraisy lalu mengirimkan utusannya, Amr bin Ash dan Imarah bin Walid menghadap Raja Habasyah. Keduanya meminta agar Raja Najasyi mengusir umat Islam dari tanah hitam itu.

Permintaan orang kafir Quraisy itu ditolak raja Najasyi dan para sahabat tetap tinggal di negeri itu hingga Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Tak semua sahabat kembali berkumpul dengan Rasulullah SAW, sebagian di antara mereka memutuskan untuk menetap di Ethiopia. Mereka lalu menyebarkan agama Islam di wilayah Timur benua Hitam itu.

Perlahan namun pasti agama Islam pun mulai berkembang di Ethiopia. Pada mulanya, Islam berkembang di wilayah pesisir selatan Afrika, khususnya dari Somalia. Setelah itu banyak penduduk Ethiopia yang memutuskan untuk memeluk agama Islam. Berkembang pesatnya agama Islam di Ethiopia tak berjalan mulus dan mendapatkan perlawanan dari Umat Nasrani yang berada di wilayah utara Ethiopia seperti Amhara, Tigray, serta Oromo.

Meskipun orang-orang Oromo sehari-hari mempraktikan tradisi Waaqa yang dipengaruhi budaya Islam, kenyataannya mereka tak suka Islam berkembang di Ethiopia. Sejarawan Ulrich Braukamper berkomentar, ‘’Ekspansi yang dilakukan orang non-Muslim Oromo yang dilakukan selama berabad-abad di wilayah selatan Ethiopia bertujuan untuk menghapuskan Islam dari kawasan itu.” Namun, upaya itu tak pernah berhasil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement