REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setelah operasi pemisahan dilakukan mulai Rabu (11/1) lalu, bayi kembar siam dempet kepala Syakira-Zahira tidak bertahan hidup dan meninggal pada Kamis (12/1) sore, beberapa jam setelah operasi.
"Bayi meninggal karena pendarahan. Syakira meninggal ketika di meja operasi, sementara Zahira meninggal saat sudah dibawa ke ruang perinatologi," ujar Kepala Tim Dokter Bambang Supriyatno dalam konferensi pers di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Jumat.
Kedua bayi mengalami proses operasi pemisahan yang cukup panjang, hingga lebih dari 24 jam namun kondisi keduanya mengalami gejolak atau tidak stabil dan terjadi pendarahan berat sehingga masing-masing bayi harus menerima transfusi darah hingga satu liter, lebih banyak daripada jumlah transfusi darah yang biasa diberikan pada bayi.
Bambang memaparkan beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan operasi bagi kasus kembar sian yang mengalami penyatuan di bagian kepala (kraniopagus) adalah kompleksitas persambungan, luasnya persambungan organ, derajat kelainan yang berhubungan dan kondisi media umum pada saat pemisahan.
"Kemampuan bertahan hidup pada bayi kembar siam secara umum adalah 25 persen, sedangkan resiko kematian tindakan pembedahan kraniopagus berkisar 48-70 persen," kata Bambang.
Sedangkan pada bayi Syakira-Zahira, kompleksitas terjadi pada penyatuan jaringan otak beserta sistem cairan serta pembuluh darahnya.
Secara kronologis, proses pemisahan kedua bayi dimulai pada Rabu (11/1) pukul 07.35 WIB dimana kedua bayi dibawa ke ruang operasi dan pembiusan dimulai pada pukul 08.00 WIB.
Setelah mengalami operasi selama 23 jam 45 menit, kedua bayi berhasil dipisahkan dan dipindahkan ke meja operasi lainnya untuk dilakukan penutupan jaringan otak sementara.
Usai penutupan jaringan otak sementara, pada hari Kamis (12/1) pukul 13.30 WIB, Zahira dipindahkan ke ruang perinatologi untuk perawatan selanjutnya sedangkan Syakira akan dipindahkan beberapa menit kemudian.
Pada saat pemindahan bayi Zahira, saudara kembarnya Syakira mengalami penurunan denyut nadi (bradikardi) dan tim dokter melakukan resusitasi jantung-paru namun tidak berhasil hingga Syakira dinyatakan meninggal pukul 14.00 WIB.
Bayi Zahira kemudian tiba di ruang perinatologi dalam kondisi yang kurang stabil dan dipasang alat bantu nafas (ventilator) dan juga mengalami penurunan frekuensi denyut nadi dan juga dilakukan resusitasi jantung paru namun gagal sehingga akhirnya juga dinyatakan meninggal pada pukul 17.20 WIB.
Bambang mengatakan pihaknya telah menjelaskan mengenai resiko operasi terhadap keluarga yaitu diantaranya perdarahan, infeksi dan kematian.
Bayi kembar siam Syahira dan Zakira merupakan anak pertama pasangan Siti Maryam dan Edi Utomo yang berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah dan berdomisili di Koja, Jakarta Timur dan merupakan peserta Jamkesda DKI. Kedua bayi telah dikuburkan keluarga pada Jumat siang di daerah Sindang, Jakarta Utara.