REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Proyek pemukiman Yahudi di Tepi Barat kembali mendapat kecaman. Inggris terang-terangan menyebutnya sebagai bentuk vandalisme (perusakan) yang disengaja dari upaya untuk mendirikan negara Palestina.
Pernyataan ini dilontarkan Deputi Perdana Menteri Inggris, Nick Clegg, saat bertemu dengan Presiden Mahmoud Abbas dalam rangkaian turnya di Eropa, Senin (16/1).
Menurut dia vandalisme itu disengaja sebagai alasan dasar negosiasi yang berlangsung bertahun-tahun. “Kami telah menyatakan keprihatinan kami sebagai pemerintah," katanya.
Clegg juga memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk proses perdamaian di Timur Tengah jika Israel terus membangun pemukiman di Tepi Barat. Komentar Clegg merupakan komentar yang cukup keras untuk konflik Timur Tengah.
Ia menegaskan tidak ada pendukung Israel lebih kuat ketimbang dirinya sebagai daging demokrasi di wilayah itu. "Namun terus proyek pemukiman ilegal berisiko membuat fakta bahwa solusi dua negara kian jauh dari mungkin.
Sebelumnya, data-data memang menunjukkan, jumlah pemukiman Israel di Tepi Barat pada akhir tahun 2011 naik 4,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 342.414 bangunan. Gencarnya proyek rumah warga Israel menyebabkan warga Palestina terdesak karena lahan mereka dicaplok.
Abbas, yang juga akan berkunjung ke Berlin dan Moskow, menyambut komentar wakil perdana menteri Inggris tersebut. “Ini pernyataan yang kita ingin dengar secara resmi dari pemerintah Inggris," katanya, berbicara di samping Clegg. Dia mengulangi seruan Clegg untuk menghentikan pembangunan pemukiman.