REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan zaman, membuat pertukaran budaya mudah terjadi. Kondisi itu janganlah dihindari melainkan dihadapi, diserap dan diadaptasikan sehingga memperkaya peradaban bangsa Indonesia.
Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma'ruf Amin menilai kehadiran budaya asing tidak akan menjadi ancaman dengan catatan masyarakat harus selektif dalam menerima budaya asing yang masuk ke Indonesia.
"Kita harus selektif, kalau budaya asing memberikan manfaat berupa contoh bagaimana bekerja keras dan berinovasi, kita ambil. Tapi kalau budaya seperti miras, seks bebas, atau hedonisme harus ditolak. Jadi, bukan dimaksudkan menolak budaya asing tapi serap yang baik lalu tolak yang buruk," papar Ma'ruf, Selasa (17/1).
Sebabnya, menurut Ma'ruf, keliru bahwa ulama secara keras menolak masuknya budaya asing ke dalam masyarakat Indonesia, utamanya umat Islam. Ulama pada prinsipnya tidak menolak tapi meminta masyarakat untuk selektif.
"Karena itu, kita harus antisipasi hal itu dengan cara mendidik publik untuk tidak selamanya menggangap budaya asing positif bagi masyarakat," pungkasnya.
Ma'ruf mengatakan antisipasi sudah terjadi, dimana anak-anak muda mulai mengenakan jilbab, menghadiri pengajian, dan seni-seni Islam mulai banyak dipelajari. "Jadi, anak-anak muda sudah melakukan perlawanan terhadap serangan budaya asing."