REPUBLIKA.CO.ID, Suriah telah menolak usulan Qatar untuk mengirim pasukan Arab ke negara itu untuk menghentikan kerusuhan yang sudah berlangsung selama 10 bulan. Suriah menegaskan bahwa langkah tersebut akan memperburuk situasi dan membuka pintu bagi campur tangan asing.
Dalam pernyataan Selasa (17/1), kementerian luar negeri Suriah menyebut Damaskus akan menentang setiap upaya untuk merongrong kedaulatannya dan ingin agar negara-negara Arab menghentikan apa yang disebutnya kampanye media terhadap Suriah.
Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani mengusulkan pengerahan pasukan Arab itu di Suriah pekan lalu, dengan mengatakan langkah ini diperlukan untuk "menghentikan pembunuhan." Dia adalah pemimpin Arab pertama yang mendukung gagasan itu. Menteri luar negeri dari 22-anggota Liga Arab dijadwalkan akan membahas langkah selanjutnya terhadap krisis Suriah pada pertemuan pada hari Minggu.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov pada Selasa mengatakan bahwa Rusia tidak akan mendukung pengiriman pasukan penjaga perdamaian Arab ke Suriah. Dalam wawancara dengan BBC, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaliy Churkin menyebut proposal Qatar sebuah "gangguan" dan "iritasi."
Para pakar dari 15-anggota Keamanan PBB akan bertemu Selasa untuk membahas rancangan resolusi Rusia yang sudah direvisi mengenai penyelesaian krisis Suriah.
Gatilov mengatakan Moskow menginginkan sebuah resolusi yang mengesampingkan penggunaan kekuatan di Suriah dan menempatkan beban yang sama pada pemerintah dan oposisi untuk mengakhiri kekerasan dan memulai negosiasi.