REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Universitas East Anglia punya cara unik untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat Inggris soal perempuan, Islam, dan media. Mereka membuka kursus terkait ketiga hal tadi.
Menurut pihak UEA, kursus yang mereka buka merupakan yang pertama di Inggris. Durasi kursus yang diberikan mencapai 12 minggu. Adapun contoh materi yang diberikan antara lain, jilbab dan pernikahan dalam Islam.
Semenjak diluncurkan pekan ini, 18 mahasiswa tingkat ketiga telah mendaftar. Modul materinya dikembangkan oleh dosen UEA lulusan Universitas Ankara, Eylem Atkav. Ia seorang yang rajin menulis tentang Islam, perempuan, dan media.
"Persoalannya, kajian tentang ketiga hal itu jarang disatukan," kata dia seperti dikutip guardian.co.uk, Kamis (19/1).
Atakav mengatakan, sangat penting untuk mengubah persepsi negatif masyarakat tentang Islam. Karenanya, materi yang dipaparkan bersumber dari riset terhadap film dan program TV dari seluruh dunia, termasuk Iran, AS, Turki, dan Cina.
"Kami melihat bagaimana media berbicara tentang perempuan Timur Tengah yang mengalami kekerasan maka ia disebut Muslimah. Tapi jika seorang perempuan Inggris yang dibunuh karena suaminya cemburu, karena berselingkuh dengan pria lain, maka itu disebut pembunuhan," kata dia.
Ia mengatakan kejahatan macam ini banyak terjadi di seluruh dunia, tidak hanya terjadi di dunia Islam. Wartawan dan presenter TV, Nabila Ramdani mengatakan ada kebutuhan untuk menantang stereotip. "Media menganggap pria Muslim berkulit hitam dan berjanggut, mereka lalu menyebutnya berpotensi teroris," kata dia. Agung Sasongko