REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Iran menduga pembunuh ilmuwan nuklirnya pekan lalu kemungkinan menggunakan informasi yang diperoleh dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Wakil duta besar Iran di PBB Eshagh Al Habib mengatakan ada kecurigaan yang tinggi bahwa lingkaran teroris menggunakan data intelijen yang diperoleh dari badan-badan PBB.
"Informasi diperoleh dari daftar sanksi Dewan Keamanan (DK) PBB dan wawancara yang dilakukan oleh IAEA (Badan Energi Atom Internasional) dengan ilmuwan Iran,"katanya. Tentunya, lanjut Al-Habib, identifikasi yang dilakukan itu digunakan untuk melaksanakan tindakan berbahaya mereka.
Sebelum terbunuh, Ahmadi-Roshan baru-baru ini bertemu dengan para pemeriksa IAEA. Al Habib mengatakan kepada DK sebuah fakta yang menunjukkan bahwa badan-badan PBB mungkin telah memainkan peran dalam membocorkan informasi pada fasilitas nuklir dan ilmuwan Iran. Al Habib juga menuduh badan dunia gagal menjaga kerahasiaan atas inspeksi fasilitas nuklir.
Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan itu hanya pernyataan tanpa bukti. IAEA yang berbasis di Wina adalah pengawas nuklir PBB dan telah memainkan peran kunci dalam menentukan apakah program atom Teheran memiliki dimensi militer.
Pembunuhan Ahmadi-Roshan adalah serangan ke lima kalinya kepada ahli nuklir Iran dalam dua tahun terakhir ini. Roshan berada di dalam mobil Peugot 405-nya bersama dua orang koleganya saat bom meledak di dekat Jalan Gol Nabi, sebelah utara Teheran, Rabu (11/1).
Dua pelaku yang berboncengan dengan motor melemparkan bom magnetik ke arah mobil korban. Kejadian ini juga melukai dua orang lainnya. Roshan merupakan pakar kimia dan seorang wakil direktur di fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Iran.
Negara-negara Barat percaya program nuklir Iran bertujuan untuk memproduksi senjata atom tetapi Iran mengatakan program nuklir mereka untuk tujuan damai.