Jumat 20 Jan 2012 21:22 WIB

Masuk Tahun Naga: Ledakan Bayi Cina di Penjuru Asia

Naga, satu-satunya makhluk mitos dalam 12 zodiak Cina
Foto: Reuters
Naga, satu-satunya makhluk mitos dalam 12 zodiak Cina

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Tahun Naga adalah tahun favorit bagi keluarga Cina untuk mendapat keturunan. Seperti pula yang sempat dialami, Alicia Loo, warga Singapura yang mengaku hamil 12 tahun lalu, keluarga suaminya begitu gembira karena si bayi diperhitungkan bakal lahir di tahun naga.

Hampir setiap keluarga Cina di penjuru dunia meyakini itu adalah berkah besar. Naga, satu-satunya makhluk mitos dalam 12 hewan di zodiak Cina dipandang sebagai simbol kekuatan dan kecerdasan. Dalam budaya Cina kuno, dragon selalu diasosiasikan dengan kaisar.

Bocah yang lahir di tahun naga, khusunya laki-laki disebut ditakdirkan menjadi sukses dan sejahtera. Tahun naga berikut akan dimulai pada 23 Januari, hari pertama Kalender Cina.

Banyak bayi-bayi 'naga' dijadwalkan akan hadir ke dunia. Pada tahun naga sebelumnya, Cina, Hongkong, Taiwan dan negara-negara seperti Singapura dengan diaspora Cina kuat mengalami ledakan angka kelahiran bayi. Pada 2000, di Hongkong terjadi peningkatan angka kelahiran hingga 25 persen ketimbang tahun-tahun lain, demikian menurut data statistik pemerintah.

Bulan lalu, kantor berita Cina, Xinhua melaporkan Cina tengah mengantisipasi 5 % pertambahan kelahiran bayi pada tahun ini. Bukan hanya pemerintah, para produsen dan perusahaan pembuat produk-produk bayi mulai menawarkan layanan prakelahiran dan perawatan bayi yang dipandang sebagai prospek bisnis cerah.

Berdasar laporan Bloomberg yang mengutip Euromonitor International, diperkirakan penjualan popok di Cina akan meningkat hingga 17 persen menjadi 28,4 milyar yuan atau setara Rp40 triliun. Untuk sekedar popok bayi angka itu tentu sangatlah masif. Itu berarti pula harga popok bakal melonjak ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Ongkos popok bukanlah satu-satunya kecemasan yang musti dihadapi para orang tua bayi naga. "Kondisi itu berpengaruh pula ketika mereka beranjak dewasa, saat sekolah, hingga di lapangan kerja. Banyak orang berarti kompetisi kian sengit," ujar guru besar dari Departemen Sosiologi, Tong Yuying di Universitas Hongkong.

Sekolah bisa jadi menambah kapasitas mereka. Namun tetap saja itu berarti lebih banyak anak harus bertempur di ujian nasional untuk memasuki sekolah-sekolah terbaik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement