REPUBLIKA.CO.ID, COTABATO – Pemerintah Filipina optimis segera menandatangani perjanjian komprehensif dengan gerilyawan Muslim terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro (MILF) untuk mencapai perdamaian abadi di Filipina selatan.
"Kami akan terus bekerja keras dalam pencarian perdamaian. Mengakhiri semua konflik bersenjata internal di negara ini tidak akan mudah. Namun, itu adalah sesuatu yang tidak akan kita biarkan," kata Penasehat Perdamaian Presiden Benigno Aquino, Teresita Deles, dalam sebuah pernyataan, Sabtu (21/1).
Menurut Deles, alasan utama untuk itu adalah keteguhan kepemimpinan politik dan iklim politik yang mendukung pemerintahan Aquino, yang menjadikan perdamaian dan agenda pembangunan di Mindanao sebagai prioritas.
"Apa yang terjadi di meja perdamaian tidak terjadi dalam ruang hampa. Dan bahwa proses perdamaian bisa sangat rentan terhadap politik di negara ini. Mengingat, proses perdamaian akan membutuhkan dukungan luas dari masyarakat dan konstituen. Adalah naif untuk berpikir bahwa seseorang dapat bekerja untuk advokasi perdamaian tanpa melibatkan arena politik," jelasnya.
Deles menekankan bahwa pemerintahan Aquino memiliki keinginan kuat untuk memiliki perjanjian yang ditandatangani dengan MILF sesegera mungkin. "Mudah-mudahan sebelum tahun 2013 atau tengah semester. Jika tidak, kita akan kehabisan waktu untuk melaksanakan apa yang telah kita tandatangani," katanya.
Dia menambahkan, pemerintahan Aquino berkomitmen untuk mengakhiri semua konflik bersenjata demi memastikan awal upaya implementasi kesepakatan damai yang ditandatangani dalam masa jabatannya.
Proses perdamaian itu terhenti sejak Agustus lalu menyusul penolakan tim MILF terhadap kesepakatan perdamaian yang diusulkan pemerintah. Pemerintah telah menawarkan otonomi yang ditingkatkan untuk para pejuang Muslim terbesar di negeri ini, sementara MILF telah berupaya untuk menciptakan satu negara bagian di Filipina selatan.