Senin 23 Jan 2012 09:53 WIB

Aduh...Libya Diambang Perang Saudara

Mustafa Abdel Jalil
Foto: al Jazeera
Mustafa Abdel Jalil

REPUBLIKA.CO.ID,  TRIPOLI -- Libya bisa jatuh ke dalam "perang saudara" jika Dewan Transisi Nasional (NTC) mengundurkan diri, kata Ketua Badan Pemerintah Libya, Mustafa Abdel Jalil pada Ahad, setelah muncul aksi-aksi protes di kota timur Benghazi.

"Kami tidak akan mengundurkan diri karena akan mengakibatkan perang sipil," kata Abdel Jalil dalam satu wawancara di stasiun televisi al-Hurra Libya. Pernyataan Abdel Jalil muncul beberapa jam setelah wakilnya Abdel Hafiz Ghoga mengundurkan diri dari dewan setelah pengunjuk rasa menuntut dia mundur.

Ghoga, yang menjabat sebagai juru bicara resmi untuk NTC dituduh warga Benghazi sebagai oportunis. Ia sempat diseret oleh para mahasiswa di University of Ghar

Yunis Benghazi dan melarikan diri dari kemarahan orang banyak.

Pada Sabtu, pengunjuk rasa juga menyerang kantor NTC di Benghazi dengan granat rakitan, menuntut agar semua anggota dewan mengundurkan diri kecuali Abdel Jalil dan beberapa pejabat lainnya, kata anggota NTC Fathi Baja kepada AFP.

Para pemrotes melemparkan granat-granat dan menyerbu kantor-kantor Dewan Transisi Nasional yang berkuasa di kota Benghazi dan membakarnya pada Sabtu, kata para saksi mata. Serangan itu, aksi kekerasan pertama seperti itu terhadap NTC-- badan yang memerintah Libya sejak pemerintah Muamar Gaddafi jatuh-- terjadi di kota Libya timur yang juga merupakan tempat munculnya pemberontakan pertama terhadap Gaddafi tahun lalu.

Serangan itu terjadi ketika tidak kurang 2.000 pemrotes, termasuk mantan para pemberontak yang cedera yang ikut membantu menggulingkan rezim yang memerintah 42 tahun itu, berunjuk rasa di luar kantor-kantor NTC, kata para saksi mata dan seorang koresponden AFP di lokasi itu.

Para saksi mata mengatakan granat-granat itu mencederai mantan pemberontak yang ikut melakukan protes karena mereka "dipinggirkan" dalam pemerintah baru Libya, dan menentang apa yang mereka katakan para oportunis ikut duduk dalam badan yang berkuasa itu.

Para pemrotes di Benghazi melakukan protes-protes selama beberapa pekan, menuduh NTC tidak transparan dan merekrut para anggota yang dianggap setia kepada bekas rezim itu. Wartawan AFP, Sabtu mendengar setidaknya tiga ledakan dan mengatakan tidak melihat adanya kerusakan pada kantor tersebut dan juga tidak ada korban.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement