REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Parlemen Mesir yang baru bersidang untuk pertama kalinya pada Senin (23/1) setelah pemilu dimenangkan oleh Ikhwanul Muslimin (IM). IM adalah pemenang terbesar dalam pemilu bebas pertama selama beberapa dekade.
IM telah berjanji akan memerintah Mesir dalam masa transisi menuju pemerintahan sipil. Kebangkitan partai Islam menandai perubahan dari era Husni Mubarak ketika parlemen dipenuhi dengan anggota Partai Demokrat Nasional.
Ketika itu, IM resmi dilarang walaupun semi ditoleransi. “Ini akan menjadi saat yang bersejarah dalam masa transisi Mesir menuju pemerintahan sipil dan demokrasi,” ujar anggota Partai Keadilan dan Kebebasan Bersaudara (FJP), Mohamed Beltagy, sebelum sesi pertama, Senin (23/1).
Salah satu langkah pertama dalam sidang pertama tersebut adalah memilih pemimpin pertemuan. Calonnya adalah Mohamed el-Katatni dari FJP.
IM mengatakan akan berfokus pada perbaikan ekonomi Mesir. “Kami tak bisa berbicara mengenai pengimplementasian hukum Syariah Islam ketika negara mengalami masalah ekonomi,: ujar anggota parlemen Ikhwanul, Mohammed Gouda, Ahad (22/1).
Warga Mesir ingin segera melihat adanya perkembangan dalam ekonomi yang telah dirusak oleh kesalahan manajemen setelah tergulingnya Mubarak. Mereka juga ingin melihat adanya perubahan dalam sistem yang telah dipenuhi koruptor.
Setengah populasi jatuh miskin. Para remaja kesulitan menjadi pekerjaan dan tempat tinggal. Banyak perumahan rakyat Mesir menjadi kumuh. Namun di saat yang bersamaan, pemerintahan Mubarak membangun permukiman bersih bagi mereka yang kaya.