Selasa 24 Jan 2012 13:42 WIB

DPR: Pengangkatan 20 Wamen Kontra Reformasi Birokrasi

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Heri Ruslan
Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Yani, saat dimintai keterangan oleh wartawan di gedung DPR, Jakarta. Politisi PPP itu mengaku siap dikonfrontasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait kasus dugaan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Yani, saat dimintai keterangan oleh wartawan di gedung DPR, Jakarta. Politisi PPP itu mengaku siap dikonfrontasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait kasus dugaan "kursi haram".

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Anggota Komisi III DPR Ahmad Yani mempertanyakan status wakil menteri yang diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu dia ucapkan saat menjadi perwakilan DPR dalam sidang uji materi (judicial review) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Pasal 10 tentang Kementerian Negara di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (24/1).

Yani menyatakan, ada pos tertentu yang memang layak diangkat wakil menteri. Itu pun pengangkatan wakil menteri dilakukan oleh menteri. Menurutnya, dalam kabinet memang harus dibatasi diangkat 34 menteri. Karena itu, mengacu pada Ketua Panja RUU Kementerian Negara, Permadi, adanya pengangkatan 20 wakil menteri sama saja bertentangan dengan reformasi birokrasi.

Harusnya, saran politisi PPP ini, pengangkatan wakil menteri itu cukup di tiga kementerian utama (triumvirat), bukan di 18 kementerian seperti yang ada sekarang. Yakni, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Pertahanan. "Tiga kementerian ini yang memiliki beban berat dan layak diangkat wakil menteri, bukan malah mengangkat wakil menteri seenaknya," ujar Yani.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement