REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) menunjuk Kadir Halid sebagai salah satu anggota Komite Pemilihan dalam KLB PSSI versi KPSI. Nama Kadir yang bergabung sebagai komite penyelamat sepak bola dibacakan langsung oleh Sekjen KPSI, Hinca Panjaitan dalam pra-Kongres yang berlangsung akhir pekan lalu.
Tidak pelak, siapa Ketua Umum PSSI versi KPSI ditentukan lewat mekanisme pemilihan yang digawangi Kadir Halid cs. Langkah KPSI ini menuai kecaman luas dari sejumlah pihak. Pengamat sepak bola, Rayana Djakasurya menilai, inilah tabir sesungguhnya KPSI yang masih belum rela dengan kejatuhan rezim Nurdin Halid.
Menurutnya, komposisi KPSI yang dihuni oleh sejumlah eks pengurus PSSI Nurdin ditambah masuknya Kadir Halid, menguak usaha sejumlah kalangan untuk kembali mencengkram sepak bola nasional. “KPSI ini sebenarnya dagelan. Mengaku mau menyelamatkan sepak bola padahal semua juga tahu siapa itu mereka. Ada pula adiknya Nurdin Halid di sana (KPSI),” ujar Rayana saat dihubungi Rabu (24/1).
Dia mengaku pernyataan KPSI yang mengaku diri sebagai penyelamat sepak bola, adalah lelucon besar. Menurutnya, sepak bola Indonesia tidak bisa diselamatkan oleh orang-orang yang telah terbukti menghancurkan sepak bola itu sendiri. ”Hanya masyarakat, wartawan, dan FIFA yang mampu menyelamatkan nasib sepak bola. Bukan justru orang yang berpolitik organisasi,” tegas pria yang lama bermukim di Italia tersebut.
Rayana merujuk bagaimana tim nasional Irak yang tidak memiliki federasi sepakbola karena negaranya dilanda perang. Saat itu, FIFA lah yang tampil sebagai penyelamat dengan memberikan kemudahan sehingga Irak pun bisa berprestasi di Olimipade 2004 dan Piala Asia 2007. “FIFA itu mengamati tiap anggotanya. Merekalah yang menyelamatkan anggotanya tanpa kepentingan sedikitpun. Bukannya KPSI yang terdiri dari orang-orang rezim masa lalu,”
Rayana pun mengaku heran dengan langkah KPSI yang coba memutarbalik isi surat FIFA. FIFA, kata dia, tidak bodoh dan bisa dimanipulasi oleh pernyataan PSSI ataupun PSSI. “Dan hasilnya FIFA dalam suratnya sama sekali tidak menyebut KPSI dan justru meminta PSSI untuk menggelar kongres tahunan bukan KLB,”
Dalam kesempatan itu, dia juga mempertanyakan mengapa KPSI begitu ngotot dalam mengusung masuknya rezim Nurdin ke kegiatan sepak bola nasional. Hal itu, kata dia, harus ditelusuri motifnya. Jika perlu diadakan audit keuangan besar-besaran untuk mengetahui ada tidaknya praktik haram yang pernah dilakukan oleh rezim PSSI masa lalu.
Dia pun mengajak masyarakat berpikir logis. Apakah mau percaya dengan KPSI dengan anggotanya seperti Toni Aprilani, Hinca Panjaitan, serta Kadir Halid cs. Atau lebih memegang KONI, dan sejumlah intelektual macam Anis Baswedan, Komaruddin Hidayat, dan Todung Mulya Lubis. "Silahkan saja masyarakat yang menilai secara logis.''