REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Sebanyak 16 pria bersenjata tewas dalam pertempuran dua hari antara pengikut dua aliran agama di provinsi Hajja, Yaman barat-laut. Menurut Kementerian Dalam Negeri Yaman, pertempuran berkecamuk Senin, setelah gerilyawan Syiah Al-Houthi berusaha menyerang kabupaten Kishir di Hajja, sekitar 127 kilometer di sebelah barat-laut ibu kota negeri tersebut, Sana'a.
Jumlah korban jiwa, katanya, naik pada Selasa menjadi 16 orang --11 pengikut Syiah dan enam pria bersenjata dari kelompok Sunni-- dan sebanyak 12 orang lagi cedera. Bentrokan masih berlangsung antara anggota suku pemeluk Sunni dan gerilyawan yang dikerahkan dari provinsi Saada, yang bertetangga dan menjadi kubu kelompok Al-Houthi. Pengikut Al-Houthi telah terlibat bentrokan dengan pasukan pemerintah selama lebih dari tujuh tahun.
Konflik antar-aliran mulai meletus hampir empat bulan lalu, ketika pertikaian yang berkaitan dengan agama membuat kelompok Syiah itu mengepung Damaj, kota kecil yang dikuasai pengikut Sunni di Saada. Pertempuran meluas baru-baru ini dari Damaj, Kutaf dan Waila di Saada ke wilayah pelabuhan Laut Merah di Hajja --Midi, Kishir dan Haradh, kota besar yang berada di dekat perbatasan Arab Saudi, serta beberapa desa di provinsi Amran, Yaman utara.
Sejak protes anti-pemerintah meletus pada penghujung Januari tahun lalu, gerilyawan pimpinan Al-Houthi berusaha memperluas kendali mereka atas provinsi Saada, Amran dan Hajja di Yaman utara, demikian laporan Xinhua.
Pada 26 Agustus 2010, pemerintah Yaman dan kelompok Syiah tersebut menandatangani kesepakatan di Doha, Qatar, guna mengukuhkan gencatan senjata yang rapuh untuk mengakhiri bentrokan yang kadang berkecamuk kadang padam sejak 2004. Namun bentrokan gerilyawan itu dengan anggota suku setempat masih mengguncang wilayah tersebut, kata Xinhua.