Rabu 25 Jan 2012 07:29 WIB

Kuartal Pertama, Apple Tetap Bersinar tanpa Steve Jobs

Logo tergantung di cabang ritel Apple terbaru dalam Stasiun Grand Central, New York
Foto: Reuters
Logo tergantung di cabang ritel Apple terbaru dalam Stasiun Grand Central, New York

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Hasil pendapatan Apple di kuartal pertama meruntuhkan prediksi Wall Street. Konsumen  Amerika, diluar dugaan menjadi penyumbang utama dalam penjualan iPhone dan iPad, membuat nilai saham perusahaan naik 8 persen.

Perusahaan teknologi paling berharga di dunia itu kembali menemukan bentuk setelah mengalami kehilangan tak biasa, yakni berpulangnya sang CEO, Steve Jobs, pada akhir kuartal 2011. Peristiwa itu sempat menimbulkan kecemasan investor bahwa saham melorot akibat pertumbuhan lambat.

Namun terbukti tidak. Perusahaan berhasil melepas 37,04 juta unit iPhones dan 15,43 tablet andalannya, iPad. Angka itu dua kali lipat dari setahun sebelumnya yang dengan mudah melampaui harapan tingkat pendapatan yang diramalkan terhadap Apple.

Angka itu membantu membengkakan timbunan kas perusahaan hampir 100 milyar dolar (Rp900 triliunan lebih), lebih dari cukup untuk menyumpal defisit bujet AS pada bulan Desember.

“Memasuki 2012, saya mengharapkan kekuatan iPhone, iPod Touch dan iPad terus berlangsung. Apple masih memiliki daya tarik besar, termasuk pembukaan toko ritel baru dan perluasan saluran distribusi,” ujar pengamat bisnis, Hendi Susanto dari Gabeli & Co. “Saya bisa bilang Apple masih memiliki pasar internasional luas yang belum ditembus. Apple masih jauh dari jenuh,” ujarnya.

Perusahaan yang didirikan oleh ikon Silicon Valley yang meninggal Oktober lalu—setelah lama berjuang melawan kanker—memukul jatuh ramalan terhadap total penghasilan, termasuk margin kotor yang hanya diprediksi 44,7 persen.

Pendapatan melejit hingga 73 persen, sebesar 46,33 juta dolar, melampaui perkiraan analis Wall Street yang hanya berkisar di 38,91 juta dolar.

Penjualan Apple, khususnya di Amerika Serikat, sangat kuat, dengan pendapatan meningkat 90 persen di kawasan itu. Sementara penjualan di Eropa naik pula 55 persen dari tahun sebelum terlepas dari cekaman krisis yang melanda benua tersebut.

"Hasil ini bisa mengokohkan posisi Apple hingga akhir tahun," ujar pengamat bisnis, Michael Walkley, dari Canacord Genuity. “Lagi pula masih ada lereng geografi baru yang masih sebelumnya digarap, seperti iPhone 2 di Cina. Penjualan baru dimulai Januari ini dan hasil masih bisa kita lihat pada Maret,” imbuhnya.

Saham Apple merangkak naik lagi 8 persen menjadi 452 dolar per lembar menyusul laporan pendapatan perusaha. Saham—yang mencatat rekor tertinggi 427 dolar pada bulan ini, ditutup di angka 420,21, dolar di lantai bursa Nasdaq.

sumber : Wall Street Journal/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement