Rabu 25 Jan 2012 18:31 WIB

Hermeneutika dalam Studi Tasawuf (1)

Hermeneutika (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Hermeneutika (ilustrasi).

Oleh: Prof DR Nasaruddin Umar

Studi tasawuf dan filsafat sangat akrab dengan metode hermeneutika. Studi ilmu tasawuf sangat menekankan makna esoterik/batin sebuah teks suci dan filsafat sangat menekankan aspek filosofi dan tujuan kemanusiaan pada teks.

Untuk sampai kepada tujuannya, kedua disiplin ilmu ini merasa tidak cukup terwadahi dengan warisan metodologi konvensional studi Islam. Akhirnya, sadar atau tidak sadar, kedua disiplin kajian kelilmuan ini berada dalam alur metodologi yang sama; hermeneutika.

Hermeneutika sebenarnya bukan sesuatu yang serba baru samasekali. Hermeneutika adalah nama baru untuk sebuah masalah lama, yakni penafsiran teks suci. Kalangan sufi menganggap seluruh alam termasuk diri manusia adalah sebuah teks suci yang harus dibaca dan dimaknai. Kalangan filsuf menyebut teks itu adalah pemikiran atau jenis filosofi apa saja. Dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora, teksnya adalah kenyataan sosial itu sendiri.

Hakikat kenyataan ini (kauniyat) adalah penafsiran itu sendiri. Manusia ada dan disebut manusia karena ia berpikir (bukan berakal saja). Apa saja yang dipikirkan selalu berarti memikirkan untuk mengetahui, memahami, dan mengerti teks: artinya menafsirkannya. Karena, tidak seorang pun mengklaim sampai pada hakikat kenyataan. Kita hanya bisa menemukan suatu pengetahuan yang relatif bertahan (validity) dan kuat bertahan (releability) dari kelemahan-kelemahan pemahaman.

Hermeneutika dan penafsiran mempunyai wilayah persentuhan tetapi keduanya tidak identik. Penafsiran teks adalah kegiatan berpikir, praktik penafsiran, usaha memahami. Untuk berpikir orang bisa tidak bermetode, tapi berpikir yang baik adalah berpikir dengan metode. Jika diputuskan untuk menggunakan metode dalam menafsirkan atau memikirkan teks, maka di situlah hermeneutika berperan. Jadi, hermeneutika adalah metode atau teori penafsiran.

Hermeneutika tidak melulu berarti metode. Istilah teori di sini merujuk pada istilah Kunstlehre, menurut Schleiermacher. Menurutnya, teori (Kunstlehre) berarti metode dan filsafat. Sebab, metode adalah teknik-teknik menafsirkan secara benar. Sebagai filsafat, hermeneutika berarti segala macam usaha manusia memahami apa yang terjadi ketika manusia menafsirkan teks dan apa yang terjadi ketika metode-metode interpretasi tertentu dirumuskan atau digunakan dalam penafsiran.

Oleh karena itu, dalam berbagai literatur hermeneutika modern, proses pengungkapan pikiran dengan kata-kata, penjelasan yang rasional, dan penerjemahan bahasa sebagaimana dijelaskan di atas, pada dasarnya lebih dekat dengan pengertian exegesis daripada hermeneutika.

Hal ini karena eksegesis berkaitan dengan kegiatan memberi pemahaman tentang sesuatu ketimbang perbincangan tentang teori penafsiran yang lazim dalam hermeneutika. Jika eksegesis merupakan komentar aktual terhadap teks, maka hermeneutika lebih banyak berurusan dengan pelbagai aturan, metode, dan teori yang berfungsi membimbing penafsir dalam kegiatan ber-exegese.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement