Selasa 31 Jan 2012 03:04 WIB

Duh, Istana Lima Laras Sumatra Utara Nyaris Roboh

Istana Lima Laras
Foto: bappeda.batubarakab.go.id
Istana Lima Laras

REPUBLIKA.CO.ID, BATU BARA---Tidak pernah dirawat, bangunan Istana Lima Laras yang berada di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, nyaris roboh.

Datuk Muhammad Azminsyah (69 tahun), seorang cucu Datuk Matyoeda, mengatakan Istana Lima Laras yang merupakan peninggalan Kerajaan Melayu itu sudah kelihatan hancur dan dindingnya banyak yang lapuk dan terkelupas. Bagian atap istana juga bocor.

Bahkan, menurut dia, pintu masuk Istana Laras itu juga diganjal dengan kayu-kayu bekas, karena tidak berfungsi lagi, dan menjaga agar orang lain tidak sembarangan masuk. "Istana Lima Laras tersebut saat ini sudah dilupakan orang dan hanya sebagai saksi bisu, dan tidak seperti pada zaman dulu banyak dikunjungi masyarakat untuk melihat peninggalan bersejarah," kata Datuk Azminsyah.

Dia mengatakan, istana yang terdapat di Kabupaten Batu Bara itu, saat ini hanya menjadi kenangan dan tidak begitu dikenal lagi. Istana yang dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda itu, hanya sebagai saksi bisu sejarah, dan tidak ada lagi mendapat perhatian dari pemerintah dan termasuk dari Pemerintah Kabupaten Batu Bara, ujarnya.

"Saya yang selama ini menjaga dengan setia peninggalan Istana Lima Laras yang dibangun oleh Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras ke- XII," kata Datuk Azminsyah.

Dia mengatakan, karena tidak adanya lagi bantuan dari Pemkab Batu Bara untuk merawat dan melestarikan istana tersebut, maka dirinya terpaksa harus mengeluarkan dana pribadi yang dirogoh dari kantongnya sendiri.

Biaya yang dikeluarkannya itu, yakni untuk pembayaran rekening listrik setiap bulannya mencapai ratusan ribu rupiah. "Tak mungkin istana tersebut dibiarkan gelap gulita pada malam hari, meskipun bangunan itu sudah jarang dikunjungi masyarakat," ujar Datuk Azminsyah.

Lebih jauh, dia mengatakan, Istana Lima Laras yang terdiri empat lantai itu, dibangun pada tahun 1912 oleh Datuk Matyoeda. Istana tersebut berada di atas tanah seluas 102 x 98 meter persegi, sangat mengagumkan dan semua bahan yang digunakan terbuat dari kayu yang diukir seperti bangunan melayu.

Bahkan, jelasnya, semua dinding, jendela, pintu, bentuknya sangat unik dan menakjubkan karena penuh dengan lukisan dan ukiran yang cantik dibuat arsitektur yang memiliki jiwa seni cukup tinggi."Pembangunan Istana Lima Laras itu, khusus mendatangkan tenaga ahli dari Cina dan Pulau Penang, Malaysia, serta sejumlah tukang dari sekitar lokasi pembangunan istana," kata Datuk Azminsyah.

Dengan kondisi yang memprihatinkan ini, Datuk Azminsyah pun mengharapkan adanya bantuan dana dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement