Senin 30 Jan 2012 21:25 WIB

Bambang Soesatyo Minta KPK Kompak Tangkal Kooptasi

Gedung KPK
Gedung KPK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -  Semua unsur Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi harus kompak menangkal upaya kooptasi oleh pihak tertentu. Peringatan itu disampaikan tegas anggota Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan HAM, Bambang Soesatyo, dari Fraksi Partai Golkar.

"Selain itu, pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus selalu waspada dan patuh pada etika, karena akan muncul banyak perangkap yang bisa direkayasa untuk memperlemah posisi setiap figur Pimpinan KPK," katanya di Jakarta, Senin (30/1).

Bambang mengingatkan, semua unsur Pimpinan KPK jangan sampai terperangkap oleh kepentingan politik. "Independensi KPK harus selalu terjaga, karena independensi menjadi faktor kunci yang menentukan baik-buruknya kinerja KPK periode sekarang," katanya.

Ia mengatakan jika salah satu unsur Pimpinan KPK terperangkap oleh kepentingan politik, bisa dipastikan lembaga ini kehilangan independensinya.

"KPK pun akan kehilangan efektivitasnya, karena akan lebih disibukkan persoalan internal, yakni bertarung di dalam untuk menjaga dan melindungi kepentingan," ujarnya.

Kondisi ini, menurut dia, sangat memprihatinkan. Ia menuturkan bagaimana berbagai pihak, pekan lalu, sempat menggunjingkan disharmoni yang terjadi pada jajaran Pimpinan KPK.

Hal itu, lanjutnya, tak perlu terjadi jika semua unsur Pimpinan KPK konsisten menjaga soliditas dan independensi institusi.

"Realitas politik saat ini, memang menempatkan KPK di posisi serba sulit. Akan selalu ada upaya memperlemah fungsi dan tugas KPK melalui jalur politik kekuasaan," ungkapnya.

Namun, demikian Bambang Soesatyo, realitas seperti itu harus ditanggapi sebagai tantangan. "Dan, untuk bisa merespons tantangan berat itu, semua unsur KPK harus patuh pada nuraninya masing-masing," katanya lagi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement