Rabu 01 Feb 2012 08:33 WIB

AS Akan Lepaskan Tahanan Taliban dari Guantanamo

Panglima pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan David Petraeus mengingatkan bahwa pembakaran kitab suci dapat membahayakan keselamatan pasukan Amerika.
Foto: AP
Panglima pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan David Petraeus mengingatkan bahwa pembakaran kitab suci dapat membahayakan keselamatan pasukan Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -— Sebagai salah satu upaya untuk menggiring ke meja perundingan, pejabat di intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan, pemerintah berencana melepaskan beberapa tahanan Taliban dari Afghanistan. Mereka ditahan di penjara militer di Teluk Guantanamo, Kuba. Sementara, pejabat Afghanistan mengatakan pada Associated Press bahwa penyerahan itu dilakukan dengan mengirimkan mereka ke negara ketiga.

Direktur Intelijen Nasional AS, Jim Clapper, Selasa (31/1) waktu setempat, mengatakan pada kongres bahwa keputusan itu sudah dibuat untuk mempertukarkan lima tahanan Taliban dengan upaya perundingan. Dia dan Direktur CIA, David Petraeus, tak memperdebatkan langkah pemerintah Obama untuk mengirimkan tahanan itu ke negara ketiga.

Pejabat AS yang tak disebutkan namanya mengungkapkan rencana pengiriman para tahanan ke Qatar. Negara itu memainkan peranan penting dalam perundingan yang bakal mengakhiri perang yang sudah berlangsung 10 tahun di Afghanistan.  Pimpinan juru runding AS mencoba membawa kelompok Taliban untuk berunding. Meski demikian, belum ada keputusan akhir soal pelepasan tahanan itu.

Para tahanan itu akan diserahkan, termasuk mereka yang dibawa ke Guantanamo selama invasi AS yang menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan pada 2001. Menurut pejabat AS, salah satu dari mereka dituding sebagai pelaku pembunuhan ribuan muslim Shiite di Afghanistan. Namun, tak seorang pun dari tahanan itu dituduh atas kasus pembunuhan warga Amerika.

"Kondisinya adalah untuk mengembangkan langkah pontesial guna negosiasi dengan mereka sebagai bagian dari resolusi atas situasi di Afghanistan," kata Clapper saat dengar pendapat dengan Senate Intelligence Committee AS.

Beberapa waktu ini, pemerintahan Obama membuka kemungkinan negosiasi dengan Taliban. Mereka juga mendorong kaum militan itu untuk bersedia berunding.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement