REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina terus memperluas jangkauan pasar produk pelumasnya. "Tahun ini prioritas kami adalah membuka jejaring pemasaran sebagai hub di Singapura, Bangkok -Thailand, dan Dubai (Uni Emirat Arab)," kata Wakil Presdir PT Pertamina Lubricants Supriyanto, DH, di Jakarta, Senin (6/2).
Untuk memperluas pasar ekspor, Pertamina tidak akan menambah kapasitas produksi yang saat ini mencapai sekitar 560 ribu kiloliter(KL). Pertamina, lanjut dia, akan menawarkan kerja sama dengan perusahaan di berbagai negara yang berpotensi menjadi "hub" tersebut untuk membangun pabrik pelumas.
"Jadi kami hanya membawa formulanya saja. Kalau semua dikirim dari Indonesia, maka kita akan kehilangan daya saing, mengingat jarak yang jauh dan hambatan transportasi, sehingga pada beberapa tempat kami menjalin kerja sama," ujar Supriyanto.Ia mengatakan, dengan model tersebut, Pertamina bisa melakukan efisiensi biaya produksi hingga 20 persen.
Sampai saat ini, Pertamina Lubricants, kata dia, telah mengekspor pelumas ke 19 negara antara lain Australia, Jepang, Belgia, China, Thailand, Myanmar, dan Kamboja. "Tahun ini kami memproyeksikan pertumbuhan penjualan untuk ekspor sebesar 5-6 persen, sedangkan pertumbuhan pasar domsetik 2-3 persen," kata Supriyanto.
Saat ini, lanjut dia, sekitar 60-70 persen produksi pelumas Pertamina masih dipasok untuk pasar domestik, dan sisanya untuk ekspor dengan pasar terbesar di Pakistan, Australia, Singapura, dan Jepang.
Ia menegaskan, Pertamina tidak khawatir dengan persaingan pasar pelumas di dalam negeri, karena saat ini telah menguasai pasar sekitar 60 persen dari permintaan sekitar 720 ribu KL. Menurut dia, pesaing utama pasar pelumas di dalam negeri adalah Shell dan Castrol, yang membidik pasar kelas atas. "
Saat ini Pertamina melalui Fastron, juga terus memperkuat pasar untuk kelas atas," katanya. Ia mengatakan, pihaknya menargetkan tahun ini mampu membukukan pendapat sekitar Rp10,2 triliun sampai Rp10,3 triliun dengan target laba sekitar Rp2 triliun. "Tahun lalu pendapatan kami mencapai sekitar Rp9 triliun dengan laba sebesar Rp1,7 triliun," kata Supriyanto.