Selasa 07 Feb 2012 17:45 WIB

Muslim Iowa Marah Besar: Penegak Hukum Khianati Kami

Salah satu masjid di Iowa
Foto: iowawatch.org
Salah satu masjid di Iowa

REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas Muslim di Des Moines, Iowa, memang tak terlalu besar. Ada empat masjid dengan jamaah berasal dari sejumlah bangsa beberapa di antaranya, Yaman, Somalia, Pakistan dan Bangladesh.

Meski Muslim di komunitas itu memiliki latar beragam tapi di sini mereka mempunyai ikatan kuat. Karena itu pula apa yang terjadi di masjid mereka akan diketahui seluruh anggota.

"Sangat mengejutkan dan menyedihkan bahwa seseorang dari FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri akan mengirim seseorang untuk berpura-pura menjadi Muslim dan mencari tahu apa yang terjadi disini. Saya pikir itu benar-benar tak diperlukan," ujar Presiden Islamic Center di Des Moines, Dr. Hamed Baig.

Baig mengacu pada seorang lelaki bernama Arvinder Singh, 42 tahun. Singh beberapa kali berkunjung ke masjid komunitas itu beberapa kali dan disambut seperti halnya pendatang baru lain yang tertarik mengenai Islam.

Namun akhirnya anggota komunitas mengetahi bahwa Singh, yang dibesarkan dalam agama Sikh, diduga dikirim ke masjid mereka untuk memata-matai demi kepentingan FBI.

Singh kepada CNN mengaku bahwa FBI berkata padanya, "Kamu mirip orang Timur Tengah dan kami membutuhkan bantuan untuk melawan teror,"

Singh mengatakan ia diwajibkan karena ia didakwa 'menjual barang ilegal'. Rupanya ia kepergok karena menjual Sudafed di luar batas legal. Sudafed kerap digunakan di laboratorum meth untuk menghasilkan kristal obat. Dakwaan memang dihapus tapi imigran kelahiran Indian cemas dengan kewarganegaraanya, yang ia benar-benar inginkan. FBI, tutur Singh kemudian mendatanginya dan menjanjikan pertukaran sederhana "Kami membantumu mendapatkan kewarganegaraan jika kamu membantu kami mendapatkan teroris."

Singh menyamar sebagai Muslim dengan nama Rafik Alvi pergi ke masjid berpura-pura tertarik untuk beralih agama. Ia berkata berulang kali mengunjungi masjid di penjuru AS namun khusus di Des Moines ia berkunjung rutin di empat masjid kota itu selama tujuh tahun.

Ia mengaku kadang FBI memberinya gambaran seseorang yang ditarget dan ia mengonfirmasi bahwa yang bersangkutan memang berada di masjid. Dalam beberapa kesempatan, Singh menuturkan ia merekam pembicaraan dengan jamaah.

Dewan eksekutif urusan dana di Islamic Center Des Moines, Anis Rehman serta para koleganya merasa diserang dan dilecehkan. "Mengetahui bahwa seseorang masuk ke masjid bukan untuk tujuan beribadah atau bersosialisasi, melainkan menyusup untuk memata-matai sungguh memalukan. Saya bagian dari komunitas ini dan ketika kami mengetahi bahwa ada pendatang yang berpura-pura membuat saya lebih marah lagi," ujar Rahman.

Basim Bakri, salah satu anggota manajemen Islamic Center mengaku kenal dengan Arvinder Singh yang menggunakan nama Roger. "Bila pengakuan FBI benar, maka lembaga itu telah membuat langkah mundur dalam hubungan kepercayaan dengan komunitas Muslim," ujarnya. "Saya pikir FBI berutang maaf pada kami karena melanggar hak-hak sipil kami," ujarnya.

Salah satu agen khusus FBI yang bertugas di Divisi Omaha, Weysan Dun, mengatakan agen tidak mengonfirmasi atau membantah identitas bahwa Singh adalah informan termasuk juga kesepakatan yang disebutkan Singh. Namun FBI berdalih bila pemantauan seperti itu diperlukan tentu sangat tidak realistik untuk terlibat dengan pemimpin masjid.

Namun tentu saja pernyataan itu sulit dijawab oleh Muslim Amerika seperti Bakri yang berkata FBI telah meruntuhkan moralitas keyakinan hubungan komunitas dengan penegak hukum. "Itu tidak benar, tidak benar sama sekali dari awal dan mereka tidak memiliki hak itu untuk itu," ujar Bakri.

sumber : CNN
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement