REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Ketegangan politik antara Iran dan Israel memunculkan opsi akan terjadinya serangan militer. Hal itu membuat warga keturunan Iran di Israel panik. Radio Radisin yang menyiarkan acara berbahasa Iran mengharapkan kedua negara mengutamakan perdamaian.
"Kami masyarakat di Israel, adalah bangsa yang damai dan bukan musuh, atau bukan sepenuhnya setan seperti apa yang dikatakan pemerintah Iran," kata CEO Radio Radisin, Shay Amir seperti dikutip arabnews.com, Rabu (8/2).
Shay yang merupakan keturunan Iran, mengatakan pemerintah Iran telah meracuni rakyatnya selama 32 tahun untuk melawan Israel. "Sebelum revolusi 1979, Iran dan Israel adalah sekutu dekat. Sekitar 100.000 Yahudi keturunan Iran menetap di Israel. Mereka punya kenangan manis dan keterikatan yang kuat," paparnya.
Radisin siaran 24 jam sehari melalui Internet TV, satelit dan kabel. "Dua kali Iran meng-hacked website kami sehingga menyebabkan kerusakan. Karena itu, kami memutuskan untuk beralih siaran melalui satelit," kata Amir.
Saat ini diperkirakan ada 25 ribu orang Yahudi masih tinggal di Iran. Namun, Israel telah mengganggap Iran musuh berbahaya lantaran mendukung penuh Palestina lalu menjalankan program nuklir. Kondisi itu jelas meresahkan warga Yahudi di Iran, dan warga Yahudi keturunan Iran di Israel.
Israel, seperti Barat, percaya Iran tengah membangun senjata nuklir. Sementara, Teheran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Para pemimpin Israel telah berulang kali mengisyaratkan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan militer terhadap Iran jika mereka menyimpulkan pendekatan masyarakat internasional gagal.