REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Urusan kesalahan administrasi bukan semata-mata terjadi di negara berkembang, negara adidaya pun tak lepas dari kekhilafan semacam itu.
Lebih dari 1,8 juta orang Amerika yang sudah meninggal tetap terdaftar sebagai pemilih aktif, demikian satu studi yang disiarkan Selasa (14/2). Studi itu menggambarkan sistem pendaftaran pemilih di AS sebagai diwabahi kesalahan dan tidak efisien.
Penelitian tersebut, yang dilakukan oleh organisasi nonpartisan Pew Center on the States, juga mengungkapkan satu dari setiap delapan catatan pemilih berisi ketidaktepatan. Selain itu, tak kurang dari 51 juta orang yang memenuhi syarat sebagai pemilih tak terdaftar untuk ikut dalam pemilihan umum.
"Masalah ini menyia-nyiakan dolar pembayar pajak, merusak kepercayaan pemilih dan menyulut pertikaian keberpihakan mengenai integritas pemilihan umum kita," kata lembaga itu sebagaimana dikutip AFP.
Dari rata-rata 24 juta catatan pemilih yang tidak benar di seluruh negeri tersebut, atau 13 persen dari jumlah nasional, lebih dari 1,8 juta adalah orang yang sudah meninggal, demikian temuan pusat itu.
Sebanyak 2,75 juta orang terdaftar di lebih dari satu negara bagian. Sebanyak 12 juta catatan berisi alamat yang tidak benar, yang berarti para pemilih tersebut sudah pindah atau Layanan Pos menghadapi kesulitan untuk menemukan mereka, katanya.
Sebagian kesalahan tersebut dapat dijelaskan melalui kenyataan bahwa satu dari delapan orang Amerika pindah selama tahun pemilihan umum 2008 dan 2010, terutama generasi muda dan anggota militer AS.