REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM - Turis asal Swedia harus melupakan mimpi untuk menikmati liburan di Mesksiko. Sebab, ia ditolak memasuki pesawat yang akan membawanya dari Oslo, Norwegia menuju negeri Sombrero. Kasus itu membuatnya menjadi korban terbaru dari Islamofobia.
"Saya tidak diberitahu kalau saya tidak bisa naik penerbangan," ungkap Ahmed Mohammed Abdifatej Aftonbladet, demikian nama turis itu seperti dikutip onislam.net, Kamis (16/2).
Ahmed mengatakan dirinya dituduh sebagai seorang teroris. Padahal ia mengaku tidak memiliki catatan kriminal sepanjang hidupnya. "Selanjutnya, saya hanya diminta untuk menghubungi kedutaan Amerika Serikat mengapa saya dilarang terbang," kata dia.
Pejabat kedutaan AS di Swedia mengatakan mereka tidak tahu menahu soal insiden itu. "Selama tidak berpergian atau melalui Amerika Serikat, hal ini seharusnya tidak ada hubungannya dengan pemerintah AS," ungkap staf Kedutaan Besar AS di Swedia, Chris Dunnet.
Nama Muslim
Ahmed sempat bingung mengapa dirinya tidak diperkenankan untuk terbang. Padahal dua temannya yang juga asal Swedia tidak mengalami masalah saat hendak melakukan perjalanan menuju Meksiko. Ia baru sadar, bahwa dua koleganya itu tidak memiliki nama Muslim.
"Padahal kami sudah merencanakan perjalanan sejak lama," kata dia.
Ahmed pun kembali bingung harus berbuat apa. Ia merasa tidak berdaya dan penuh amarah. "Apa yang bisa saya lakukan," keluhnya.
Tak ingin berlama-lama terdampar di Oslo, Mohamed terpaksa kembali ke bandara Arlanda di Swedia. "Saya tampaknya harus berganti nama kalau memang selalu menjadi masalah," tuturnya.
Populasi Muslim di Sewdia mencapai 200 ribu jiwa. Namun, menurut Islamic Center Malmo, ada sekitar 350.000 Muslim yang tinggal di Swedia.