REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON - Langkah pemerintah melarang ekspor rotan mentah terlihat mulai menuai hasil. Pesanan produk kerajinan perabot rotan dari Eropa mulai berdatangan. Ratusan pengusaha lokal bertekad meningkatkan produksi dengan kualitas prima untuk memenuhi permintaan pasar.
Pemerintah, lewat Permendagri nomor 35 melakukan larangan ekspor terhadap bahan baku rotan. Tak lama setelah kebijakan itu dibuat, industri kerajinan mebel rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kini mulai bergairah.
Hatta Sinatra, Ketua Asosiasi Mebel Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) kepada wartawan di Cirebon, Jumat, mengatakan, pesanan kerajinan mebel dari berbagai negara seperti Jerman, Belanda, Itali, Jepang mulai berdatangan setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan.
Ia menjelaskan, kerajinan mebel rotan di Kabupaten Cirebon sempat mengalami masa kejayaan sebelum tahun 2005. Pertumbuhan usaha rotan cukup pesat. Bahkan urutan pertama kerajinan mebel kelas dunia, namun setelah pemerintah memperbolehkan kiriman bahan baku rotan pesanan anjlok.
Ia menambahkan, kesempatan baik seperti awal bulan Januari 2012 akan dimanfaatkan untuk memenuhi semua pesaan mebel dari berbagai negara terutama Eropa.
Sementara itu Badri salah seorang pengusaha rotan asal Cirebon mengatakan, pesanan kerajinan mebel dari Eropa mulai ramai kembali setelah pemerintah mengeluarkan larangan ekspor bahan baku rotan. Ia memperkirakan usaha rotan di Kabuaten Cirebon bangkit kembali.
Ia menuturkan sebelum ada larangan ekspor rotan mentah, sekitar tujuh tahun usaha rotan di Cirebon lesu. Para pengusaha hanya bertahan karena tidak mampu bersaing di pasar internasional. Padahal sebelumnya sempat mengalami masa keemasan, pertumbuhannya cukup tinggi bisa menyerap ratusan ribu tenaga kerja.
Talim, pengusaha rotanlain mengaku, kini permintaan kerajinan mebel rotan dari Eropa mulai berdatangan setelah tujuh tahun sepi pembeli akibat persaingan usaha rotan di dunia internasional cukup ketat.