REPUBLIKA.CO.ID, MISRATA— Pemilu pertama di Misrata diklaim hanya menumbuhkan kekuatan lokal baru. Kaum revolusioner menjelaskan ini sebagai fakta bahwa Libya pecah menjadi negara-kota otonom dengan milisi lokal yang kuat.
"Libya tidak pernah mengenal pemilihan nyata," kata Abdullah al-Kabir, seorang komentator politik di Misrata.
Bahkan, sebelum Qadhafi berkuasa, pemilu secara luas dicurangi. “Kepala dewan adalah bagian dari rezim lama dan sama mentalitasnya seperti Qadhafi,” kata salah satu calon dewan Tarek bin Hameda.
Sementara Ketua Dewan Kota Khalifa al-Zawasi menampik tuduhan tersebut. Di sisi lain, calon di Misrata sebagian besar fokus pada tema umum seperti meningkatkan perawatan pendidikan, keamanan dan kesehatan."Prioritas dalam program saya adalah untuk membangun manusia sebelum membangun negara," ujar bin Hameda.
Selama konflik, kota-kota di Libya berlomba untuk mendirikan dewan lokal tanpa proses panjang. Pejabat Misrata mengatakan sekarang saatnya bagi rakyat Libya untuk memilih. Kota ini membentuk komite pemilu untuk mengatur jajak pendapat. Kepala komite pemilihan Misrata kepada Reuters pada pekan lalu mengatakan sebanyak 100 ribu orang telah terdaftar untuk memilih. Mereka akan memilih daftar dari sekitar 245 calon. Sementara Dewan Transisi Nasional mengatakan pemilihan untuk majelis nasional yang beranggotakan sekitar 200 orang akan diadakan pada Juni tapi tidak ada tanggal telah ditetapkan.