REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ketergantungan terhadap alkohol diperkirakan telah menjadi ancaman bagi warga Inggris dalam puluhan tahun mendatang. Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan, sebanyak 210 ribu warga Inggris akan tewas karena menegak alkohol.
Hal itu disampaikan salah satu dokter, Royal College of Physicians, Ian Gilmore, dalam sebuah studi dalam jurnal medis Lancet. "Kematian karena alkohol sepertiganya karena rusaknya fungsi hati, tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung dan kanker," ujar Gilmore Senin, (20/2) seperti diberitakan Reuters.
Sedangkan sisanya adalah kematian yang diakibatkan efek beruntun lain dari pengkonsumsi alkohol, seperti kecelakaan, kekerasan, bunuh diri, dan lainnya.
Dari studi medis Gilmore ini, ia sepenuhnya meminta kepada pemerintah kerajaan Inggris, untuk mengambil langkah strategis masalah minuman beralkohol di Inggris. "Inggris butuh mencegah skenario terburuk agar kematian dapat dihindari," ujarnya.
Peringatan para peneliti itu muncul setelah Perdana Menteri Inggris, David Cameron berjanji pekan lalu untuk menindak para pemabuk sebagai 'skandal' yang membuat negara membayar 4,3 miliar dolar AS hanya untuk jaminan kesehatan bagi para alkoholik setiap tahun.
Satu studi lain, pekan lalu, menemukan bahwa 7,5 juta anak di Amerika Serikat (AS), atau lebih dari 10 persen dari populasi anak hidup dengan orangtua yang alkoholik. Hal itu akan meningkatkan risiko kesehatan dan mental sang anak baik ketika ia kecil dan dewasa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 2,5 juta orang meninggal setiap tahun akibat menegak alkohol secara berlebihan, jumlah ini adalah 3,8 persen dari semua penyebab kematian di dunia. WHO menginginkan adanya pembatasan akses alkohol ke berbagai gerai ritel dan supermarket di seluruh dunia. Setiap negara menerapkan larangan iklan alkohol dan menaikkan pajak mahal bagi produk minuman alkohol