Rabu 22 Feb 2012 20:59 WIB

Hujjatul Islam: Ibnu Qudamah, Sang Penghulu Tafsir dan Hadits (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ibnu Qudamah (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Ibnu Qudamah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Selang tiga tahun setelah Pasukan Salib menguasai seluruh Palestina pada tahun 548 H, sekelompok orang melakukan hijrah dari Jama'il, kawasan Nablus, Palestina.

Rombongan ini pergi dari tanah kelahiran mereka menuju ke timur, tepatnya ke kota Damaskus, Suriah. Anggota rombongan ini masih terbilang satu keluarga, dipimpin oleh Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, yang dikenal sebagai seorang yang sangat alim dan zahid.

Di antara anggota rombongan itu ada seorang bocah laki-laki yang masih berumur 10 tahun. Ia bernama Abdullah, anak ketua rombongan. Bocah kecil itulah yang kelak menjadi ulama tersohor. Ia dikenal dengan sebutan Syekhul Islam, Muwaffaquddin Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah.

Ibnu Qudamah, demikian bocah kecil itu dipanggil. Ia dilahirkan pada bulan Sya'ban 541 H di Desa Jama'il. Ia menimba ilmu pertama dari ayahnya sendiri. Di Jama'il, Sang Ayah memang dikenal sebagai seorang ahli agama.

Sejak saat itulah ia mulai menghafal Alquran, dasar-dasar ilmu dan beberapa matan mazhab Hanbali seperti Mukhtasar Al-Khirqi. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama Damaskus. Di antaranya Abul Makarim Abdul Wahid bin Abi Thahir Al-Azdi Ad-Dimasyqi dan Abul Ma'ali Abdullah bin Abdirrahman Ad-Dimasyqi.

Pada usia 20 tahun, ia memutuskan untuk merantau ke Baghdad. Empat tahun lamanya dia bermukim di Baghdad. Di kota 1001 malam ini, ia berguru kepada banyak orang. Pertama kali ia menimba ilmu kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Ia mengaji secara lebih mendalam kitab Mukhtasar Al-Khirqi yang sudah ia hafal semenjak di Damaskus. Namun, amat disayangkan ia hanya belajar kepada Syekh al-Jilani dalam waktu yang singkat. Baru 50 hari ia mengaji, gurunya itu keburu wafat.

Sepeninggal Syekh Al-Jilani, Ibnu Qudamah pindah mengaji ke Syekh Hanabilah (guru Mazhab Hanbali) dan ahli fikih asal Irak Nasihul Islam Ibnul Manni. Kepada kedua orang ini ia mengaji tentang mazhab Imam Ahmad, masalah-masala khilafiyah, ilmu usul dan Alquran qiraah Abu 'Amr.

Ibnu Qudamah juga berguru kepada Musnidul Iraq Hibatullah Abul Hasan Ad-Daqqaq, Ibnul Batti, dan Ibnu Ad-Dajaji mengenai Alquan qiraah Imam Nafi'. Ia juga pernah menimba ilmu kepada beberapa ulama wanita, seperti Khadijah An-Nahrawaniyah, Nafisah Al-Bazzazah dan Syuhdah Al-Katibah.

Ketika berhaji pada tahun 474 H, Ibnu Qudamah sempat menimba ilmu di Makkah. Sekembalinya dari Tanah Suci, ia memutuskan untuk menetap di Damaskus. Ia menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Ulama besar ini wafat di kediamannya pada tanggal 1 Syawal 620 H. Namun, versi lain menyebutkan ia wafat pada tahun 629 H. Oleh pihak keluarganya, jenazah Ibnu Qudamah dibawa ke kaki gunung Qasiyun di Shalihiya, sebuah lereng di atas Masjid Jami' Al-Hanabilah untuk dimakamkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement