Rabu 22 Feb 2012 21:30 WIB

Hujjatul Islam: Ibnu Qudamah, Sang Penghulu Tafsir dan Hadits (3-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ibnu Qudamah (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Ibnu Qudamah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Ibnu Qudamah juga dikenal tekun beribadah. Ia tidak pernah lalai untuk menunaikan shalat tahajud. Shalatnya khusyu'.

Ia memiliki kebiasaan setelah mengimami shalat fardhu di masjid, ia bershalat sunnat di rumahnya, sesuai dengan sunnah Nabi SAW. Waktu antara Maghrib dan Isya diisi dengan shalat empat rakaat.

Walaupun disibukkan oleh aktivitas mengajar dan mengarang buku, Ibnu Qudamah selalu menyempatkan waktu untuk mengulang hafalan sepertujuh Alquran setiap harinya. Mungkin berkat keistiqamahannya dalam beibadah ini Allah menganugerahkan banyak karamah kepadanya.

Pada tahun 583 H, ketika Salahuddin Al-Ayyubi mengumpulkan pasukan untuk mengusir Tentara Salib dari tanah Palestina, Ibnu Qudamah dan para santrinya ikut serta menjadi mujahidin. Waktu itu Ibnu Qudamah telah berusia 42. Dalam perang sabilillah ini keberanian Ibnu Qudamah tampak. Ia maju ke garis musuh, menyerang mereka hingga dari telapak tangannya mengalir darah.

Karya-Karyanya

Ibnu Qudamah tidak memiliki generasi penerus. Beberapa orang anaknya mati selagi ia hidup. Hanya satu anaknya yang bernama Isa mempunyai dua anak. Sayang kedua cucu Ibnu Qudamah ini tidak mempunyai keturunan. Walaupun begitu ilmu yang ia wariskan dalam bentuk kitab-kita yang melimpah tidak akan terputus sampai hari kiamat.

Dalam bidang fikih, antara lain ia menulis Al-Mughni Syarh Mukhtasar al-Khirqi sebanyak 10 jilid; Al-'Umdah, sebuah kitab fikih Hanbali untuk pemula; Al-Muqni', sebuah kitab fikih untuk kalangan menengah sebanyak tiga jilid; Al-Kafi empat jilid; dan Mukhtasar Al-Hidayah.

Karyanya dalam usul fikih berjudul Raudhah an-Nazhir fi Ushul al-Fiqh. Dalam bidang hadits ia menulis Mukhtasar ilal al-Hadits dan Mukhtasar fi Gharib al-Hadits. Sementara mengenai tasawuf ia menulis Kitab al-Riqqah wa al-Buka' dan Dzamm al-Muwaswasin.

Karyanya yang berjudul Al-Mughni Syarh Mukhtasar al-Khirqi ia susun sepulangnya dari menunaikan ibadah haji di tahun 574 H. Kitab ini tergolong kitab kajian besar dalam masalah fikih secara umum, dan khususnya bagi penganut Mazhab Hanbali.

Mengenai kitab ini, Imam Izzudin Ibn Abdus Salam Asy-Syafi'i memberikan komentarnya, "Saya merasa kurang puas dalam berfatwa sebelum saya menyanding kitab Al-Mughni."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement