REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kelompok etnis di Papua, Suku Nduga, melakukan penyerangan terhadap pos polisi di Sinar Wamena, Jayawijaya, Papua,Rabu (22/2). Wakil Bupati Jayawijaya datang untuk menenangkan massa, namun malah diserang. Akibatnya ajudan Waakil bupati pun meninggal dunia.
"Satu orang meninggal dunia atas nama Serma Bambang Satrio, anggota intel Korem yang juga ajudan Wabup Jayawijaya. Dia kena luka tusuk di dagu, pinggang kanan, pergelangan tangan kanan, dan betis kanan," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution yang ditemui di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/2).
Kerusuhan massa itu, kata dia, berawal dari pemalakan terhadap tukang ojek dari Suku Nduga. Hal itu membuat Suku Nduga emosi dan mereka mencari pelaku pemalakan yang belum diketahui identitasnya tersebut. Beredar isu, pelaku pemalakan diamankan ke pos polisi di Sinar Wamena. Massa sekitar 200 orang pun mendatangi pos polisi itu pukul 15.30 WIT. Karena adanya provokasi, massa menyerang pos polisi tersebut.
Petugas di pos polisi pun menghubungi Polres Jayawijaya meminta bantuan yang datang 15 menit kemudian. Namun emosi massa sudah tak terkendali, bahkan massa terus bertambah banyak. Pada pukul 16.00 WIT, Bupati Jayawijaya, John Wempy Wetipo bersama isterinya, Yakoba Lokbere, dan disusul Wakil Bupati, John Richard Banua mendatangi lokasi kerusuhan.
"Akan tetapi pada saat Wabup datang bersama tiga orang ajudannya, mereka dapat serangan dari massa dan salah satu ajudannya, Serma Bambang Satrio meninggal dunia," ujarnya. Pejabat lainnya sempat diamankan, meski tiga orang ajudan bupati terluka. Wakil Bupati terkena panah di pinggang kanan. Emosi massa mereda setelah Yakoba Lokbere, yang juga dari Suku Nduga, menenangkan mereka. Para pelaku penusukan, kata Saud, akan diproses hukum, namun didahului dengan upaya persuasif.