REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis dakwah, Ahmad Sumargono, telah dipanggil ke hadapan ilahi, Jumat (24/2) dini hari. Pria yang dikenal dengan sebutan Pak Gogon ini wafat saat tengah menjenguk pembangunan aula di Cirendeu, Karang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat, yang rencananya akan digunakan untuk kegiatan dakwah.
"Dia ada obsesi untuk bangun tempat pelatihan untuk kegiatan dakwah karena dulu waktu dia masih muda, susah mencari tempat pelatihan murah," ungkap menantu almarhum, Fahruroji, Jumat, di rumah duka, Ciracas, Jakarta Timur. Fahruroji mengungkapkan aula tersebut direncanakan dapat menampung 150 orang. Nantinya, tutur Fahruroji, para aktivis dakwah tidak akan diminta biaya apa pun untuk menggunakan tempat tersebut.
Akan tetapi, Pak Gogon yang berangkat bersama seorang supir merasakan sesak dada saat tengah berada di perjalanan. Dia pun berpesan kepada supir untuk pergi ke Rumah Sakit. "Waktu itu hujan deras," ujarnya. Hanya, karena mata Pak Gogon sudah memejam, maka supir pun berinisiatif untuk membawa ke rumah yang ada di dekat lokasi aula terlebih dahulu.
Pak Gogon pun sempat berzikir. Akan tetapi, tutur Fahruroji, suaranya semakin lama semakin melemah. Sesampainya di rumah, Pak Gogon sempat meminta maaf kepada penunggu rumah dan supir. Mereka pun, ujarnya, langsung membawa Pak Gogon ke RSUD Sekarwangi, Sukabumi.
Sesampainya di ruang Unit Gawat Darurat, dokter memberi bantuan oksigen. Tapi sayang, nyawa Pak Gogon tidak dapat tertolong lagi. Tepat pukul 01.30 WIB, Gogon pun kembali ke hadapan Ilahi dengan meninggalkan empat anak dan sebelas cucu, bersama dengan ribuan aktivis dakwah yang sempat dia bina.