REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan penghetian pembangunan rumah-rumah baru di Jerusalem Timur. Pembekuan itu dilakukan demi menghindari konflik dalam kunjungannya ke Gedung Putih mendatang, kata surat kabar Yediot Aharonout, Jumat (24/2).
"Netanyahu berusaha menghindari setiap tindakan Israel yang mungkin dapat memicu kemarahan pemerintah Amerika Serikat" dalam kunjungan dia dan Presiden Shimon Peres ke Washington pekan depan, kata surat kabar itu.
Benar, dia meminta kementerian perumahan membekukan semua pembangunan di proyek-proyek baru di Jerusalem Timur, terutama di permukiman Gilo dan Pisgat Zeev. Perintah itu juga disampaikan kepada kementerian dalam negeri, yang bertanggug jawab bagi persetujuan pembangunan baru di Jerusalem, tambahnya.
Pada Rabu, satu komite Israel menyetujui pembangunan 500 rumah baru di permukiman Shilo, Tepi Barat dan pengesahan yang berlaku surut lebih dari 200 rumah tanpa izin, kata seorang juru bicara.
Rencana-rencana itu memicu reaksi marah Pemerintah Palestina, yang mengatakan tujuan pembangunan itu adalah untuk menghancurkan setiap peluang solusi dua negara atas konflik puluhan tahun itu.
Pembangunan permukiman Israel menghambat perundingan-perundingan antara Israel dan Palestina. Perundingan-perundingan yang dimulai September 2010 macet karena masalah permukiman itu.
Israel menolak memperpanjang pembekuan pembagunan permukiman yang berakhir 2010. Palestina pun mengatakan mereka tidak akan bersedia berunding apabila negara Yahudi itu terus membangun rumah-rumah di tanah yang mereka inginkan menjadi bagian dari negara mereka kelak.
Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka, dan mengecam keras pembangunan perumahan baru di sektor timur kota itu. Sejumlah pengamat Israel memperkirakan Menteri Dalam Negeri Eli Yishai, seorang anggota partai Shas yang ultra ortodok, mungkin berusaha merusak setiap kemajuan diplomatik menyangkut masalah Palestina dengan mengumumkan pembangunan perumahan baru, kata Yediot.
Pada Maret 2010,Israel membuat marah pemerintah AS karena mengumumkan bahwa 1.600 rumah baru akan dibangun di Jerusalem Timur di lokasi Ramat Shlomo. Pengumuman dilakukan ketika Wakil Presiden AS Joe Biden mengunjung negara itu,
Israel merebut Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, Jerusalem Timur dan Gaza dalam Perang Enam Hari tahun 1967, dan menganggap seluruh Jerusalem adalah ibu kotanya yang tidak dapat dipecah