REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA - Presiden AS Barack Obama mengakui pemerintahannya tidak mampu mengontrol harga energi minyak dan gas, Sabtu (25/2). "Kami tahu tidak ada senjata pamungkas untuk menurunkan harga gas atau mengurangi ketergantungan kita pada minyak asing," kata Obama kepada radio.
Pemerintahannya hanya bisa meluruskan prioritas dalam membuat usaha yang berkelanjutan untuk mengatasi masalah. Kekhawatiran semakin meningkat karena harga minyak dunia mendekati level tertinggi.
Kenaikan ini mendorong harga bensin pada Jumat mencapai 3,65 dolar per galon rata-rata nasional. Harga ini yang mencetak rekor harga tertinggi selama satu tahun belakangan di AS.
Lonjakan harga telah memicu kemarahan di kalangan konsumen di AS dan menimbulkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi. Lonjakan harga terakhir terjadi setelah Iran memotong ekspor minyak mentah ke beberapa negara Eropa.
Lawan politiknya, Partai Republik terus menyalahkan Gedung Putih atas ketidaknyamanan yang terjadi. Partai Republik menjadikan isu harga minyak untuk menyerang Obama dalam pemilihan presiden Sembilan bulan ke depan.
"Kita tidak bisa memperlambat permintaan global untuk minyak dan gas, tetapi kita dapat melakukan lebih banyak lagi untuk memastikan bahwa kita memiliki energi yang kita butuhkan dan untuk menghentikan biaya yang meningkat," kata Senator Texas Kay Bailey Hutchison.