REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan dukungan usulan Emir Qatar Syeikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang menyerukan agar permasalahan Yahudisasi di Al Quds dibawa ke Dewan Keamanan PBB.
Sebelumnya, Konferensi Internasional untuk mempertahankan Al Quds digelar di Doha, ibukota Qatar, dan dihadiri oleh 350 orang dari dunia Islam dan Barat. Para peserta konferensi tersebut sepakat untuk menyerukan agar perkara Yahudisasi yang dilakukan oleh Israel dibawa ke Dewan Keamanan agar dikeluarkan resolusi pembentukan komite penyelidikan internasional.
Konferensi tersebut diresmikan oleh Emir Qatar dan dihadiri oleh Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas, Sekjen Liga Arab, Nabil al-Arabi, dan Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI), Ekmeleddin Ihsanoglu pada Ahad (26/2).
Ketua Dewan Islam Tertinggi di Al Quds menyerukan kepada konferensi Doha agar memberikan dukungan politik, diplomatik dan keuangan untuk Al Quds dan lembaga-lembaga yang ada di dalamnya. Dukungan tersebut sangat diperlukan agar lembaga-lembaga itu dapat menjalankan tugas-tugas mereka dalam menghadapi proyek pemukiman Israel dan Yahudisasi.
Dalam pidatonya, Mahmud Abbas mengatakan bahwa ia melakukan pendekatan kepada DK PBB. Abbas juga mengatakan penjajah Israel telah mempercepat langkah-langkah mereka, yang dianggapnya sebagai langkah untuk menghilangkan identitas Arab-Islam-Kristen di Al Quds.
Abbas juga mencatat bahwa pendudukan Israel memiliki rencana jahat terhadap Al Quds. Yang pertama, Israel mengubah struktur dan karakter Yerusalem sehingga mereka dapat menghapus Al-Quds dari dunia. Dalam konteks ini, Abbas mengacu pada upaya Israel yang mempercepat pembangunan pemukiman sehingga mengubah karakteristik arsitektur dan akar budaya Palestina.
Israel, katanya, menghancurkan rumah-rumah Palestina dan menyita lahan mereka. “Israel telah membangun tembok apartheid untuk mengisolasi Tepi Barat. Kedua, Israel berupaya membersihkan etnis Palestina di Yerusalem sejak 1967. Mereka memaksa pedagang, pengusaha dan warga Palestina untuk meninggalkan kota mereka dengan menerapkan pajak yang tinggi," cetusnya.
Sementara yang ketiga, ujar Abbas, Israel memiskinkan Palestina dengan menghancurkan infrastruktur dan merusak sumberdaya ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut, Israel menutup markas besar lembaga Palestina seperti Gedung Timur, kantor serikat buruh dan Kamar Dagang Palestina.
Israel, lanjut Abbas, menolak memberikan izin untuk membangun rumah sakit, universitas, sekolah, hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan. Tindakan tersebut diistilahkan Abbas sebagai penghentian darah dari arteri ke jantung.