REPUBLIKA.CO.ID, Halide juga menjadi seorang penulis artikel pendidikan dan perempuan yang handal. Berbagai pemikirannya selalu dicurahkan dalam artikel koran Tanin.
Ternyata tulisannya menarik perhatian menteri pendidikan Turki. Sang menteri meminta Halide untuk memperbaiki kurikulum pendidikan bagi sekolah khusus perempuan.
Bersama mitranya, Nakiye Hanm, dia fokus untuk observasi langsung ke sekolah tersebut. Dia juga masih sempat mengajar di sekolah lainnya tentang etika dan sejarah. Kerjasama berakhir saat kementerian dinilainya hanya fokus pada pembangunan fisik sekolah semata.
Selepas itu, Halide masih terus memperjuangkan ide-idenya. Rumahnya menjadi pusat pertemuan para aktivis pergerakan perubahan bagi Turki. Campur tangannya juga terlihat dari lahirnya lembaga Turkish Hearth (Türk Oca) pada tahun 1911. Dia menjadi anggota wanita pertama pada tahun 1912.
Saat Perang Dunia I atau medio tahun 1916-1917, Halide menjadi pimpinan utama sekolah-sekolah di Damaskus, Beirut dan Gunung Lebanon. Di kawasan ini, ribuan siswanya merupakan anak yatim piatu keturunan Armenia, Arab, Kurdi, dan Turki. Penguasa saat itu, Kemal Pasha memberikan nama berbau Islam bagi anak-anak migran ini. Tujuannya menghapuskan dendam nenek moyang mereka yang dijajah Turki.
“Meski nama anak-anak tersebut telah berganti menjadi nama Muslim, mereka tetaplah anak-anak yang belum tahu hakekat agama. Yang mereka butuhkan makanan, baju, dan perlindungan,” ujar Halide yang dianggap sebagai ibu bagi anak-anak gunung itu.
Langkah perjuangan Halide ke negara Suriah membawanya pula ke jenjang pernikahan kedua. Saat itu dia bertemu seorang lelaki yang menjadi cinta keduanya, Dr Adnan Adivar. Sekembalinya dari Suriah dan membuka lembaran hidup baru, dia kembali ke Turki. Dia memilih menjadi dosen di Fakultas Sastra di sebuah perguruan tinggi di Istanbul.
Jejak langkah Halide terekam pula di pergerakan kaum nasionalis Turki. Acapkali dia berorasi di tengah massa. Dia juga pernah menjadi perawat dan tentara saat pecah Perang Kemerdekaan Turki. Halide dianugerahi pangkat sersan dan menjadi salah satu pemimpin tentara wanita kala itu.
Setelah Turki merdeka, Halide memilih pindah ke Eropa bersama sang suami mulai tahun 1926 hingga tahun 1939. Meski telah uzur, Halide tetap berkeliling untuk mengajar di beberapa tempat di Amerika Serikat dan Inggris. Medio tahun 1939, dia merintis Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris di Universitas Istanbul.
Dunia politik sempat dicicipinya saat terpilih sebagai anggota Parlemen Turki pada tahun 1950. Dia mengundurkan diri tahun 1954 dan wafat 10 tahun kemudian.