Senin 27 Feb 2012 17:26 WIB

Lebih Baik Keluar Sekolah Daripada Lepas Jilbab

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ramdhan Muhaimin
Rahat, muslimah Kirgistan yang memilih mempertahankan jilbab
Rahat, muslimah Kirgistan yang memilih mempertahankan jilbab

REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK - Pemerintah Kirgistan memperkenankan Rahat (14) untuk mengenakan jilbab. Namun, Rahat punya pemikiran lain. Ia lebih memilih keluar dari sekolah.

Apa yang dialami Rahat, juga dialami Muslimah lainnya. Kondisi itu merupakan dampak dari larangan menghadiri kelas atau ruang kuliah dengan mengenakan Jilbab yang diberlakukan pemerintah Kirgistan September tahun lalu. 

Pemberlakukan aturan itu menyebabkan banyak pelajar dan mahasiswa yang terpaksa melepaskan jilbab atau lebih memilih keluar kampus ketimbang harus melepas jilbab mereka. Dari dua pilihan itu, mereka lebih banyak memilih untuk keluar dari kampus atau sekolah.

"Saya tahu betul, banyak pelajar seperti saya yang dilarang datang ke sekolah karena berjilbab. Namun, saya lebih memilih berhenti sekolah," kata Rahat seperti dikutip onislam.net, Senin (27/2).

Yang memprihatinkan, larangan itu segera melahirkan tekanan hingga kekerasan kepada mereka yang mengenakan jilbab. Setiap tahun ajaran baru, tak terhitung berapa jumlah mahasiswi dan siswi yang mengalami pengucilan dari lingkungan sekolah dan kampus lantaran jilbab.

Pihak kampus dan sekolah berdalih hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan pemerintah. Meski sebenarnya, pihak kampus atau sekolah dapat menolak aturan itu. Namun, mereka lebih memilih untuk mengikuti pemerintah.

Ironis, Islam tengah berkembang selepas negara ini melepaskan diri dari Uni Soviet. Akan tetapi pemerintah merasa khawatir dengan perkembangan Islam akan menjadikan negara mereka sebagai negara Islam.

Kalangan advokat menilai, larangan jilbab adalah serangan terhadap kebebasan beragama. Mereka berpendapat, jilbab dalah kode wajib berpakaian bukan simbol agama yang menampilkan afiliasi seseorang.

Pada tahun 2009, Presiden Kurmanbek Bakiyev menandatangani undang-undang melarang dakwah, pendidikan agama swasta dan impor atau penyebaran literatur keagamaan. Undang-undang juga mengharuskan semua komunitas agama untuk mendaftarkan diri organisasi mereka pada negara. 

sumber : onislam.net
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement