Senin 27 Feb 2012 19:59 WIB

Hujjatul Islam: Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani
Foto: Multiply.com
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani

REPUBLIKA.CO.ID, Sosoknya dikenal luas sebagai pendiri Hizbut Tahrir atau Hizb At-Tahrir, sebuah gerakan politik berasas Islam berskala internasional.

Nama lengkapnya Syekh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mustafa bin Ismail bin Yusuf An-Nabhani. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Syekh Taqiyuddin An-Nabhani.

Disamping itu, cucu Syekh Yusuf An-Nabhani—seorang ulama terkemuka di era Kekhalifahan Turki Utsmani (Ottoman)—ini adalah seorang hakim (qadhi), penyair, sastrawan, dan sarjana Islam. 

Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dilahirkan pada tahun 1909 di daerah Ijzim. Namanya dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, yang termasuk suku Arab penghuni padang sahara di Palestina.

Mereka bermukim di daerah Ijzim yang termasuk wilayah Haifa di Palestina Utara. Ia wafat di Kota Beirut, Lebanon, pada tanggal 20 Desember 1977 atau bertepatan dengan tahun 1398 Hijriyah dalam usia 68 tahun. Jasadnya dimakamkan di Al-Auza'i di Beirut.

Taqiyuddin menerima pendidikan dasar ilmu agama langsung dari ayahnya sendiri. Ayahnya adalah seorang pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syariah yang diperolehnya dari ayahnya, Syekh Yusuf An-Nabhani. Sang kakek dan ayahnya juga berjasa dalam mengajarkan hafalan Alquran, sehingga di usianya yang belum baligh, yakni di bawah 13 tahun, Syekh Taqiyuddin sudah hafal seluruh isi Alquran.

Disamping itu, ia juga mendapatkan pendidikan umum ketika bersekolah di sekolah dasar di daerah Ijzim. Kemudian ia pindah ke sebuah sekolah di Akko untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum menamatkan sekolahnya di Akko, atas dorongan kakeknya, Syekh Taqiyuddin memutuskan hijrah ke Kairo untuk meneruskan pendidikannya di sana.

Setibanya di Kairo, ia kemudian mendaftar di Tsanawiyah Al-Azhar pada tahun 1928. Dan pada tahun yang sama, ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. Lalu ia melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al-Azhar. Selain itu, ia juga banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiah di Al-Azhar yang juga diikuti oleh para syekh Al-Azhar. 

Saat menempuh pendidikan di Al-Azhar ini, sosoknya telah mampu menarik perhatian para murid lainnya dan para guru karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta hujjah yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi ilmiah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kajian ilmu yang ada saat itu, baik di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement