REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemboikotan crude palm oil (CPO) Indonesia oleh Amerika Serikat (AS) dinilai tindakan yang sengaja dicari-cari oleh negara adidaya itu. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, mengatakan pemboikotan itu dilakukan karena AS merasa kepentingannya telah diganggu.
"AS itu penyuplai barang-barang holtikultura ke Indonesia. Tapi, dengan kebijakan bongkar muat barang hanya di empat pelabuhan, AS merasa kepentingannya diganggu," katanya, Selasa (28/2).
Ia menjelaskan, dulu Indonesia menyediakan delapan pelabuhan untuk proses bongkar muat barang. Tetapi hal tersebut berdampak besar bagi sektor pertanian Indonesia. Barang-barang impor dari luar pun meluap termasuk untuk barang-barang holtikultura yang didatangkan dari AS. Petani keberatan, karena produk mereka tidak laku.
Akhirnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai bongkar muat barang. "Untuk melindungi petani dan produk holtikultura, pemerintah hanya membolehkan bongkar muat di empat pelabuhan, yakni Surabaya, Bali, Sulawesi Selatan, dan Medan," katanya.
Inilah yang membuat AS tersinggung karena ongkos untuk memasukan barang dagangan mereka ke Indonesia menjadi lebih mahal. Apalagi proses bongkar muat tidak boleh dilakukan di Jakarta. "Makanya, AS mencari cara protes untuk hal itu dengan memboikot CPO Indonesia. Itu strategi perlawanan mereka," katanya.
Apalagi pemboikotan AS itu baru dilakukan sekarang. Padahal, sebelumnya tidak pernah dan CPO tetap dikirimkan ke negara itu secara rutin. "Kenapa boikotnya baru sekarang? Padahal CPO kita sudah sering dikirim ke sana," ucapnya.