Rabu 29 Feb 2012 03:11 WIB

PBB Ragukan Referendum Suriah

Massa demonstran membakar foto Presiden Suriah, Bashar Assad, di depan kantor pusat Liga Arab, Kairo, Sabtu (12/11)
Foto: AP/Amr Nabil
Massa demonstran membakar foto Presiden Suriah, Bashar Assad, di depan kantor pusat Liga Arab, Kairo, Sabtu (12/11)

REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kemarin, meragukan kredibilitas referendum konstitusional yang diselenggarakan di Suriah. Terlebih lagi, referendum itu terjadi di tengah-tengah meluasnya aksi kekerasan, kata juru bicara PBB.

"Setiap suara di Suriah harus diberikan dalam kondisi yang bebas dari kekerasan dan intimidasi," kata wakil juru bicara PBB, Eduardo del Buey, seperti diberitakan AFP dan dipantau Antara, Selasa (28/2). Dia juga mengatakan, Sekjen PBB, Ban Ki-Moon, telah mengamati pemungutan suara, pada Ahad, yang diselenggarakan oleh pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan di Suriah, hampir 90 persen pemilih telah menyetujui konstitusi baru dalam referendum yang diadakan setelah konflik dan kerusuhan yang terjadi selama 11 bulan. "Sementara konstitusi baru dan berakhirnya monopoli partai Baath di kekuasaan dapat menjadi bagian dari solusi politik, referendum harus terjadi dalam kondisi bebas dari kekerasan dan intimidasi," kata del Buey.

"Ini tidak mungkin bisa kredibel dalam konteks kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia meluas," tambahnya. Ribuan orang telah tewas dalam konflik terhadap pemerintahan Al-Assad.

Kepala Kemanusiaan PBB Valerie Amos sementara itu masih menunggu Suriah menanggapi permintaannya untuk mengunjungi negara itu guna menilai sejauh mana krisis, kata juru bicara tersebut. Amos membuat permintaan resmi pekan lalu setelah diberitahu oleh Ban untuk melakukan lawatan ke Suriah. Wakil Sekretaris Jenderal PBB masih "menunggu reaksi dari Pemerintah Suriah, "kata del Buey.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement