Selasa 28 Feb 2012 23:00 WIB

Negara Arab Sengaja Membiarkan Konflik Palestina-Israel Berkepanjangan

Wilayah Palestina sejak perampasan oleh Israel tahun 1946 terus berkurang. Hingga kini, wilayah Palestina hanya terbagi di Jalur Gaza dan Tepi Barat. (Ilustrasi)
Wilayah Palestina sejak perampasan oleh Israel tahun 1946 terus berkurang. Hingga kini, wilayah Palestina hanya terbagi di Jalur Gaza dan Tepi Barat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Ma'arif menyebut konflik Israel-Palestina merupakan persoalan kemanusiaan yang menuntut tanggung jawab semua orang. Sayangnya, ada kesan oleh negara-negara Arab terhadap konflik yang sudah berkepanjangan tersebut.

"Jadi, konflik itu bukan semata-mata persoalan dua etnis yang berbeda, bangsa Arab atau umat Islam. Persoalan itu menuntut tanggung jawab bukan hanya orang Palestina, Arab, atau Islam, tetapi juga orang-orang Yahudi," katanya di Yogyakarta, Selasa (28/2).

Oleh karena itu, menurut dia pada diskusi "Great Thinkers: Israel, Palestina, Islam, dan Perdamaian, Diskusi Pemikiran Gilad Atzmon", sikap negara-negara Arab yang ikut membiarkan konflik tersebut berlarut-larut patut disayangkan.

"Ada kesan pembiaran agar konflik Israel-Palestina berkepanjangan, sehingga mereka akan mengambil untung dari konflik tersebut, seperti naiknya harga minyak dunia. Konflik yang terjadi juga disebabkan munculnya masyarakat pendatang di luar bangsa Israel dan Palestina," katanya.

Ia mengatakan konflik itu bukan semata-mata dari bangsa Israel dan Palestina, tetapi juga hadirnya masyarakat pendatang yang ikut membuat konflik tersebut masih saja terjadi.

Dengan demikian, kata dia, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim untuk membantu menyelesaikan konflik kedua pihak. Namun, dirinya tetap mendukung berbagai upaya yang dilakukan berbagai pihak di Indonesia seperti memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.

"Selama kita masih berkutat pada persoalan domestik yang tidak pernah usai seperti korupsi, maka kita tidak bisa berbuat banyak, kecuali pemberian bantuan kemanusiaan," kata Syafii.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement