REPUBLIKA.CO.ID, Tetapi jika ia berkata bahwa kehidupan masa depan adalah suatu kebolehjadian, hanya bahwa doktrin itu penuh mengandung keraguan dan misteri. Sehingga tidak mungkin untuk bisa memutuskan benarkah hal itu atau tidak, maka seseorang bisa berkata kepadanya, "Jika demikian, sebaiknya anda selesaikan baik-baik keraguan itu."
Misalkan anda sedang akan makan makanan, kemudian seseorang mengatakan kepada anda bahwa seekor ular telah meludahkan bisa ke dalamnya, maka mungkin sekali anda akan menahan diri dan lebih baik menahan kepedihan rasa lapar daripada memakannya. Meskipun orang yang memberi informasi pada anda mungkin hanya bercanda atau berbohong belaka.
Atau misalkan anda sedang sakit dan seorang penulis syair berkata, "Beri saya satu dirham dan saya akan menulis sebuah puisi yang bisa kauikatkan di lehermu, yang akan menyembuhkannya dari sakit." Anda boleh jadi akan memberikan dirham yang dimintanya dengan harapan bisa mendapatkan manfaat jimat itu.
Atau jika seorang peramal berkata, "Pada saat bulan telah sampai ke suatu bentuk tertentu, minumlah obat ini dan itu dan engkau pun akan sembuh." Meskipun mungkin anda tidak terlalu percaya pada astrologi, kemungkinan besar anda akan mencoba juga pengalaman itu dengan harapan bahwa orang itu benar.
Tidakkah anda berpikir bahwa kebenaran yang bisa dipercaya juga terdapat dalam kata-kata nabi, para wali dan orang-orang suci, yang menyakinkan orang akan adanya kehidupan mendatang, sebagaimana janji seorang penulis jampi-jampi atau seorang peramal. Orang berani melakukan perjalanan lewat laut yang penuh resiko demi mengharap suatu keuntungan, maka tidak maukah anda menanggung sedikit penderitaan di masa sekarang demi kebahagiaan abadi di akhirat?
Sayyidina Ali Zainal Abidin (Putra Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW) ketika berdebat dengan seorang kafir pernah berkata, "Jika anda benar, maka tidak seorang pun di antara kita yang akan menderita keadaan yang lebih buruk di masa depan. Tetapi jika kami yang benar, maka kami akan terhindar dan anda akan menderita."
Hal ini dikatakannya bukan karena ia sendiri berada dalam keraguan, tetapi hanya demi menciptakan suatu kesan bagi orang kafir itu. Berdasarkan semua pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa urusan utama manusia di dunia ini adalah untuk mempersiapkan diri bagi dunia yang akan datang.
Sekalipun jika ia ragu-ragu tentang kemaujudan masa depan, nalar mengajarkan bahwa ia harus bertindak seakan-akan hal itu ada dengan mempertimbangkan akibat luar biasa yang mungkin terjadi. Keselamatan atas orang-orang yang mengikuti ajaran-ajaran Allah.