Kamis 01 Mar 2012 12:09 WIB

Mujahidah: Dr Nafis Sadik, Dari Perempuan untuk Keluarga Dunia (2-habis)

Rep: Indah Wulandari/ Red: Chairul Akhmad
Dr Nafis Sadik
Foto: AP
Dr Nafis Sadik

REPUBLIKA.CO.ID, Pengakuan atas kepemimpinan Sadik juga terlontar dari bibir Hillary Rodham Clinton saat berpidato dalam Hague International Forum pada 1999.

“Saya percaya masyarakat dunia berhutang budi padanya (Nafis Sadik). Karena dia bisa meyakinkan para pemimpin dunia tentang isu kesehatan perempuan yang kini dijadikan tema utama pengembangan pembangunan,” kata Hillary.

Latar belakang pendidikan Nafis Sadik yang diawali dari Dow Medical College, Pakistan, memang selalu membuatnya memperjuangkan warga lokal. Kemudian dia melanjutkan spesialisasi di bidang ginekologi di City Hospital, Baltimore. Studinya pun berlanjut di John Hopkins University.

Setelah meyelesaikan riset beasiswanya di Queens University in Ontario, Kanada, barulah Sadik kembali ke Pakistan. Dia bekerja sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit militer Pakistan medio 1954-1963. Berbagai kesusahan masyarakat pada akses kesehatan di tempatnya bekerja menggugah imannya.

Sejak saat itu dia berkomitmen untuk memberikan pendidikan serta pelayanan kesehatan cuma-cuma bagi warga kurang mampu. Dia melakukan pendekatan pada pasangan suami istri agar merencanakan jumlah anak.

Sadik berupaya menyadarkan para suami agar melakukan kontrasepsi. Sadik mencoba masuk dalam pendekatan tingkat ekonomi dan pendidikan yang bakal tertata jika keturunan mereka tidak terlalu banyak.

Pada 1964, Sadik ditunjuk sebagai kepala seksi kesehatan di Komisi Keluarga Berencana Nasional Pakistan. Setahun berikutnya, kebijakan pertama tentang keluarga berencana tercetus dari pemikiran Sadik. Kariernya pun melesat di lembaga tersebut hingga menjabat sebagai pucuk pimpinan tertinggi.

Dalam sambutannya di acara peringatan kemerdekaan Pakistan yang ke-50. Sadik mengungkapkan perkembangan programnya yang menunjang pembangunan berskala nasional. Menurutnya, saat ini Pakistan tercatat sebagai negara ke-13 yang mempunyai populasi penduduk terbesar.

“Jika kondisi ini stabil, pembangunan Pakistan bakal bergerak dinamis. Peran perempuan sebagai gender mayoritas juga lebih dihargai karena bisa memerhatikan segi kesehatan lingkungan keluarganya,” kata Sadik.

Paparan serta peran Sadik tersebut membuahkan berbagai penghargaan akademis dari sejumlah pihak. Gelar Doctor Honoris Causa diterimanya dari beberapa universitas di Amerika Serikat. Mulai dari Brown, Duke, John Hopkins. Begitu pula gelar lainnya dari universitas di Kanada, Jepang, dan Jamaika.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement