REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Sanksi ekspor minyak Iran dari Barat telah berlaku. Namun, untuk Iran sendiri kerja samanya dengan beberapa negara, khususnya di Timur Tengah, seolah tak mengenal sanski.
Buktinya, kerja samanya dengan Uni Emirat Arab (UEA) lengket. Hal itu terlihat pada pertemuan Rabu (29/2), di mana Menteri Luar Negeri keduanya, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dari UEA dan Ali Akbar Salehi dari Iran memperluas hubungan dan kerja sama.
Pada pertemuan tersebut, kedua menteri mengatakan, perluasan hubungan persaudaraan antara kedua negara adalah untuk kepentingan kedua bangsa serta seluruh wilayah. Menlu UAE berada di Teheran dalam rangka kunjungan ke negara tersebut.
Menurut Biro Informasi dan Pers Kementerian Luar Negeri Iran, kedua menteri mengatakan bahwa para pejabat tinggi Iran dan UEA bertekad untuk memperdalam hubungan politik, ekonomi dan budaya. "Republik Islam Iran dianggap sebagai tetangga yang baik bagi negara-negara kawasan ini seperti UEA," katanya.
Perluasan hubungan antara kedua negara menunjukkan keinginan kedua pihak untuk memperluas hubungan tersebut, kata Salehi, dan menyatakan harapan bahwa kunjungan menteri UEA ke Teheran akan membantu memperdalam hubungan antara kedua belah pihak.
"Kedua pihak harus melakukan yang terbaik untuk menciptakan suasana aman untuk mencapai kemajuan," kata Salehi.
Menteri luar negeri UAE, keberhasilan dan pembangunan Iran akan memberikan dampak positif pada seluruh kawasan. UEA tidak menghindar upaya-upaya untuk memperluas hubungan dengan Iran dan membantu menghilangkan hambatan atas dampak ini, katanya.
Dia juga menyerukan pertukaran kunjungan antara pejabat kedua pihak. Kedua menteri juga membahas perkembangan regional dan menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, serta kampanye melawan perdagangan narkoba.