REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Perubahan iklim yang semakin parah membuat es abadi di kutub utara semakin cepat mencair. Mencairnya volume es yang sangat signifikan di kutub utara ini ternyata memunculkan reaksi kimia yang mengintensifkan keluarnya endapan merkuri beracun.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA), Kamis (1/2). Peneliti NASA, Son Nghiem mengatakan, es abadi di laut Arktik yang mencair akan digantikan lapisan es yang lebih tipis dan lebih asin. Ini membuat interaksi sinar matahari dan es yang dingin melepaskan zat bromin ke udara.
Ini memicu reaksi kimia hebat ledakan bromin dan mengubahnya menjadi gas merkuri di atmosfer dalam jumlah besar. Kemudian merkuri ini akan menjadi polutan yang dihirup, jatuh ke tanah dan air dan berkumpul di sumber makanan manusia.
"Panas muka bumi telah melelehkan es lebih banyak ke laut ditambah eksploitasi berlebihan sumber alam Arktik akan memperburuk kondisi ini," kata Nghiem di Jet Propulsion Laboratory di Pasadena.
Ledakan bromin juga akan menghapus lapisan ozon dari tingkat terendah di atmosfer, troposfer. Mengkhawatirkan, Nghiem dan para peneliti lain memperkirakan satu juta kilometer es akan hilang, dalam waktu sepuluh tahun mendatang.
Pada bulan Maret 2008, peneliti mengungkapkan bahwa es abadi telah berada pada titik terendah selama 50 tahun terakhir. Penelitian dilakukan oleh tim ahli gabungan dari Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan Inggris. Dan data gabungan dari enam badan antariksa dunia.