REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pasukan Suriah menewaskan sekitar 700 orang dan melukai ribuan lainnya dalam pemboman 27-hari atas kota Homs, dengan 100 meriam rata-rata jatuh per jam, kata pengamat HAM internasional Human Rights Watch (HRW).
HRW mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mengadopsi resolusi yang menuntut diakhirinya serangan, "untuk menghentikan penembakan sembarangan terhadap kota-kota dan memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan perjalanan yang aman bagi warga sipil yang terluka."
Menurut laporan para wartawan dan warga yang melarikan diri, pengamat HAM internasional yang berkantor pusat di New York itu Jumat malam mengatakan, bahwa penembakan berat terhadap Kabupaten Baba Amr akan dimulai setiap hari sekitar pukul 06.30 waktu setempat dan berlanjut sampai matahari terbenam, dengan beberapa di malam hari.
Dikatakan, howitzer 122 mm dan mortir 120 mm yang digunakan, serta mortir 240 mm buatan Rusia, yang dikutip dari satu katalog senjata dikatakan dirancang untuk "menghancurkan benteng dan penelitian lapangan."
Seorang wartawan mengatakan, "dihitung terjadi 200 ledakan dalam dua jam pada 6 Februari. Wartawan lain dihitung 55 ledakan dalam 15 menit pada 16 Februari" kata HRW.
HRW mengutip seorang pejuang pemberontak yang terluka mengatakan: "Penembakan tersebut menghasilkan banyak kerusakan dan setiap orang yang kita temukan di dalam bangunan telah berkeping-keping. Saya menemukan seorang ibu di Inshaat (utara Baba Amr) terpotong separoh badannya dengan kepalanya hilang."
Setelah serangan darat besar-besaran pada Kamis, pasukan pemberontak mundur dari Baba Amr dalam menghadapi kekuatan serangan yang sangat kuat. Namun Palang Merah masih belum mendapatkan akses sampai pada tengah hari Sabtu.
Bagi para korban cedera dan lainnya, kondisi paling mengerikan terjadi di Baba Amr, yang HRW katakan tidak memiliki listrik atau aliran air selama dua pekan terakhir.