Ahad 04 Mar 2012 15:16 WIB

Wartawan Malaysia: Pemred, Stop Ubah Berita Kami demi 'Owner'

Mempertahankan Kebebasan Pers (ilustrasi)
Foto: savethenews.com
Mempertahankan Kebebasan Pers (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Para jurnalis Malaysia yang kian gerah dengan tekanan dari pemilik perusahaan media, bergerak dan menuntut reformasi lebih nyata.Serikat Wartawan Malaysia (NUJ) mendesak para pemimpin redaksi, Sabtu (2/3) untuk menghentikan praktik pengubahan hasil tulisan para reporter demi memenuhi pandangan pemilik media. Desakan itu dikeluarkan setelah muncul berbagai keluhan dari anggotanya.

NUJ juga menyarankan anggotanya untuk menentang para bos yang bersikap bias dalam organisasi. Saat ini mayoritas media arus besar di Malaysia dikontrol oleh partai-partai politik yang tergabung di koalisi Barisan Nasional (BN)

Serikat beranggotakan 1.500 wartawan yang bekerja, beberapa di antaranya untuk Utusan Malaysia dan New Straits Times dimiliki Umno, dan juga media dikuasai MCA-The Star, suratkabar berbahasa Cina, Sin Chew Daily, Nanyang Siang Pau dan Kwong Wah Yit Poh serta The Sun. "Kami berharap setiap anggota media bisa membujuk bos mereka untuk mempraktekkan reportasi etis, terutama selama pemilu."

"Biarkan warga mengonsumsi berita dan membiarkan mereka memilih," ujar sekretaris jendral NUJ, V Anbalagan, dalam konferensi delegasi luar biasa (EDC), Sabtu kemarin.

Delegasi total berjumlah 68 dalam konferensi itu memberikan suara mutlak untuk mengirim memorandum kepada semua pemimpin redaksi dan mengingatkan mereka untuk netral dan seimbang dalam melakukan reportase.

"Dengan demikian tugas anggota selama pemilu berlangsung ialah melakukan reportasi adil, yang juga sejalan dengan Kode Etik NUJ dan berupaya memastikan bahwa keseimbangan dan netralitas dalam laporan terjaga dalam publikasi" bunyi resolusi tersebut.

Anbalagan mengatakan pemimpin akan menyerahkan memorandum kepada para pimpinan redaksi media di mana anggotanya tergabung, sesegera mungkin.

"Kita harus menjaga ketidakberpihakan, minta redaktur anda untuk menyingkirkan byline anda bila anda tidak setuju bagaimana cerita anda diubah (bila itu diedit dengan hasil akhir selip dari cerita dan kenyataan aktual), "

Meskim, beberapa anggota juga mengeluhkan sikap NUJ yang kerap tidak tegas. Saat mendorong anggotanya untuk tegas terhadap jajaran redaktur dan pemimpin redaksi, serikat tidak memberikan dukungan ketika presiden Mohamed Hata Wahari dicopot dari Utusan Malaysia tahun lalu.

Hata Wahari dipecat pada 21 April 2011, sepekan setelah keluar surat peringatan bahwa ia bersalah telah melanggar ketentuan kontrak. Ia diberhentikan dari posisi wartawan senior karena menulis kritik tajam terhadap editorial surat kabar yang dinilainya kian lembek.

Satu delegasi menyatakan, ketika jurnalis di Malaysia ingin lebih bebas dan independen, dalam kenyataannya, sebagian besar media justru dikontrol oleh politisi.

Anbagalan menyatakan sangat penting untuk menjaga integritas jurnalis. "Harapan publik kini begitu tinggi dan mereka dapat membandingkan berita satu dengan yang lain (dari berbagai sumber).

"Mereka telah meningkatkan standar sehingga kita harus memenuhi kebutuhan mereka." imbuhnya. "Saya meyakini publik dan pembaca memahami bahwa kita telah mengambil sikap dan bila pemilik media tidak mendukung kami, mereka pun akan kehilangan kekuatan dari pembaca sebagai konsumen." ujarnya.

sumber : The Malaysian Insider
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement