REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bentrokan sengit antara pasukan Yaman dan gerilyawan AlQaidaH di wilayah bergolak selatan menewaskan sedikitnya 30 prajurit dan 12 militan, Minggu, kata sejumlah pejabat dan petugas medis.
"Sejauh ini 30 prajurit tewas dan jumlah kematian diperkirakan naik karena ada mayat yang belum dibawa ke rumah sakit," kata seorang pejabat militer.
Pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu menambahkan, "banyak prajurit lain juga cedera" dalam bentrokan tersebut, yang terjadi di daerah sebelah selatan Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan yang dilanda kekerasan sejak Mei 2011.
Seorang petugas medis di sebuah rumah sakit militer di kota pelabuhan Aden, Yaman selatan, mengkonfirmasi jumlah kematian itu.
Beberapa pejabat militer mengatakan, bentrokan Minggu itu meletus setelah militan yang terkait dengan AlqaidaH berusaha menguasai sebuah pos militer di Kud, yang menyulut tembak-menembak.
Seorang pejabat lokal di Jaar, sebuah daerah markas militan yang berdekatan, mengatakan, 12 gerilyawan Alqaidah tewas dalam bentrokan itu. Tiga-puluh prajurit, 10 diantaranya cedera, ditangkap, tambahnya.
Menurut satu sumber militer, militan juga menguasai senjata-senjata berat, sebelum mundur kembali ke Zinjibar. Ia menuduh beberapa pejabat militer era mantan Presiden Ali Abdullah Saleh bersekongkol dengan Alqaidah.
Bentrokan itu merupakan yang terakhir sejak Presiden Abdrabuh Mansur Hadi menerima kekuasaan dari Saleh dan diambil sumpahnya pada 25 Februari sesuai dengan perjanjian penengahan Teluk.
Hadi berjanji menumpas Alqaidah dan memulihkan keamanan di negaranya yang miskin dalam pidato pertamanya sebagai pemimpin baru Yaman.
Sejak protes anti-pemerintah meletus di Yaman pada akhir Januari 2011, militan memanfaatkan melemahnya kekuasaan pusat dengan membangun pangkalan di sejumlah provinsi selatan.
Pasukan keamanan Yaman selama beberapa bulan memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Alqaidah di Abyan, Yaman selatan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei 2011.