REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Temuan awal hasil penyelidikan pemerintah Afghanistan atas pembakaran Alquran oleh tentara NATO ternyata berbeda dengan laporan dari pemerintah Amerika serikat (AS). Hasil penyelidikan pemerintah Afganistan menyebutkan bahwa tentara AS telah berbohong.
Penyelidikan yanga diinstruksikan langsung oleh Presiden Afganistan, Hamid Karzai, ini menunjukkan tentara AS dengan sengaja membuang salinan lembaran Alquran ke tempat sampah dan membakarnya. Ketiga orang tentara itu telah diindikasikan bersalah telah melakukannya dengan sengaja.
Dalam laporan tersebut juga dijelaskan secara kronologis alasan ketiga tentara tersebut membakar Alquran. Bersumber dari Associated Press yang dikutip Alarabiya.net bahwa suatu saat petugas penjara melihat seorang tahanan menulis sesuatu di secarik kertas. Lalu, kertas itu disisipkan ke sebuah Alquran di perpustakaan penjara.
Menyadari hal itu, tentara AS itu memanggil seorang Afganistan yang membantu di penjara tersebut untuk mencari Alquran itu. Mereka kemudian menyita 1.652 buku termasuk Alquran, namun tidak semua buku-buku tersebut akan dibuang. Tiga tentara AS itu lalu menyobek beberapa lembar yang diindikasi menyimpan tulisan dari seorang tahanan, termasuk Alquran. Kemudian mereka membuang lembaran-lembaran Alquran tersebut ke tempat sampah dan kemudian membakarnya pada 20 Februari lalu.
Laporan ini sangat berbeda dengan hasil penyelidikan internal NATO dan AS yang menyatakan bahwa ada ketidaksengajaan tentara AS membakar Alquran. Walau demikian, ketiga tentara tersebut telah menjalani tindakan disipliner, sesuai permintaan resmi Pemerintah Afganistan.
Pembakaran Alquran oleh pasukan NATO telah memicu kerusuhan dan kekerasan di seluruh Afghanistan dan dunia muslim. Ini mendorong permintaan maaf dari kepala pasukan asing di Afghanistan, Jenderal John Allen, dan Presiden Barack Obama, yang menyatakan penyesalannya dalam sebuah surat kepada Presiden Hamid Karzai.