REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Dalam Negeri Iran, Mostafa Mohammad Najar menyatakan bahwa Barat keliru menilai fakta tentang pemilu parlemen Republik Islam periode kesembilan menyusul partisipasi massif rakyat Iran dalam pemilu.
"Kekuatan hegemoni selalu menyimpangkan realita khususnya ketika mereka berniat merusak," kata Mohammad Najjar dalam mereaksi pernyataan Menlu Inggris, William Hague yang menilai pelaksanaan pemilu Iran tidak bebas dan tidak fair.
Dikatakan Mohammad Najjar, "Inggris mulai menyebar propaganda anti-pemilu legislatif Iran sudah sejak lama, akan tetapi ketika mereka gagal mencapai target-targetnya, pemungutan suara dinilai tidak demokratis."
Ditegaskannya bahwa masyarakat dunia menyaksikan bahwa rakyat Iran berpartisipasi luas dalam pemilu dan menyadari bahwa pemerintah Islam di Iran adalah sebuah sistem demokratis.
Menurut Mendagri Iran, para pejabat Barat terkejut dengan tingginya jumlah pemilih dalam pemilu legislatif Iran danmenyatakan bahwa mereka melontarkan berbagai tudingan infaktual dalam rangka menutupi kegagalan mereka setelah rakyat Iran mendaratkan tamparan menyakitkan ke wajah Barat.
Berdasarkan penghitungan sementara dari pemilu parlemen yang digelar Jumat lalu, lebih dari 64 persen warga yang memiliki hak pilih berpartisipasi pada pemilu. Padahal jumlah pemilih pada pemilu legislatif sebelumnya hanya mencapai 51 persen