REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menurut pandangan ekonom sebaiknya diikuti dengan program konversi energi. Program ini direncanakan dan dijamin tidak menimbulkan gejolak ketika harga BBM melambung.
"Salah satu konversi energi yang dimaksud adalah mengembangkan bio energi baik gas maupun matahari, air dan lainnya sebagai solusi pemanfaatan bahan bakar bagi masyarakat," kata Pemerhati ekonomi dan politik dari Universitas Riau (UR), Ediyanus Herman Halim di Pekanbaru, Selasa (6/3).
Kebijakan-kebijakan pemerintah terkait transportasi, menurut Ediyanus, juga diperlukan untuk penghematan energi termasuk BBM. Seperti yang diketahui, ujarnya, selama ini perkembangan atau permintaan kendaraan baik roda dua maupun roda empat mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya.
Hal tersebut, menurutnya, kemudian memicu terjadinya kemacetan lalu lintas, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bogor, dan Bandung. Bahkan, katanya, kondisi kronis lalu lintas kendaraan juga mulai 'menjalar' ke wilayah kota-kota berkembang di Sumatra termasuk Pekanbaru.
"Nah, untuk itu, sebaiknya mulai dari sekarang, pemerintah pusat maupun di daerah berupaya mencarikan solusi agar kemacetan kendaraan di wilayah kota-kota besar dapat diminimalisasi sehingga penghematan BBM berlahan dapat tercapai," katanya.